Para Pemuda Beriman yang Berlindung di dalam
Gua
Para pembaca semoga Allah
subhanahu wa ta’ala
menanamkan dalam hati-hati kita keimanan, di antara bukti-bukti kebesaran dan
kekuasaan Allah subhanahu wa ta’ala adalah kisah Ashabul Kahfi, yang didalamnya terdapat banyak
pelajaran yang bisa kita petik, tentunya bagi orang-orang yang beriman kepada
Allah subhanahu wa ta’ala
dan hari akhir.
Kisah Ashhabul Kahfi
Saudara pembaca semoga Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Allah subhanahu wa ta’ala memberitakan kisah
yang agung ini di dalam Al-Qur`an tepatnya dalam surat al Kahfi.
Allah subhanahu wa
ta’ala berfirman:
“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) kisah ini
dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb
mereka, dan Kami tambahkan untuk mereka petunjuk.” (Al-Kahfi: 13)
Mereka adalah sekelompok pemuda yang beriman
kepada Allah subhanahu wa ta’ala, yang meyakini bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah
subhanahu wa ta’ala semata,
mereka teguh di atas keyakinan yang benar tersebut. Meskipun harus bertentangan
dengan mayoritas kaum mereka yang berada dalam kesesatan, dan kesyirikan
(menyekutukan Allah subhanahu wa ta’ala dengan sesembahan selain Allah subhanahu
wa ta’ala).
Allah subhanahu wa
ta’ala mengisahkan perkataan mereka di dalam
firman-Nya:
“Lalu mereka pun berkata, “Rabb kami adalah
Rabb seluruh langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyeru (beribadah kepada)
Rabb selain Dia, Sesungguhnya kami kalau demikian (menyeru/beribadah kepada
selain-Nya) telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran.” Kaum
kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai Rabb-Rabb (untuk disembah). Mengapa
mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka)?
Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan
terhadap Allah?” (Al-Kahfi:
14-15)
Jumlah Mereka
Adapun jumlah mereka sebagian ahli tafsir
menguatkan bahwa jumlah mereka tujuh orang dan yang ke delapan anjingnya, Allah
menyebutkan persangkaan orang-orang ahlul kitab tentang jumlah mereka. Hal ini
sebagaimana dalam firman-Nya (artinya):
“Nanti (ada orang yang akan) mengatakan
(jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain)
mengatakan, “(Jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjingnya,”
sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan,
“(Jumlah mereka) tujuh orang, yang kedelapan adalah anjingnya.” Katakanlah,
“Rabb-ku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui
(bilangan) mereka kecuali sedikit.” Karena itu janganlah kamu (Muhammad)
berdebat tentang hal mereka, kecuali perdebat lahir saja dan jangan kamu
menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorang pun di antara
mereka.” (Al-Kahfi:
22)
Berlindung di Gua
Setelah mereka sepakat bahwa tidak mungkin
tetap tinggal bersama kaum mereka yang menyembah berhala, maka para pemuda
tersebut bermusyawarah diantara mereka, dan memutuskan untuk berlindung di dalam
sebuah gua demi menyelamatkan akidah dan keyakinan mereka. Setelah sebelumnya
mereka berdoa kepada Allah subhanahu wa
ta’ala:
“Wahai Rabb kami, berikanlah rahmat kepada
kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan
Kami (ini).” (Al-Kahfi:
10)
Lalu Allah subhanahu
wa ta’ala pun mengabulkan doa mereka dan memudahkan
urusan mereka. Mereka berlindung di dalam sebuah gua yang cukup luas sehingga
mereka bisa tinggal dengan nyaman di dalamnya. Allah juga menidurkan mereka di
dalam gua tersebut, sebagaimana firman-Nya (artinya):
“Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun
dalam gua itu.” (Al-Kahfi:
11)
Maksudnya
Allah subhanahu wa ta’ala
menidurkan mereka.
Penjagaan Allah terhadap Mereka
Para pembaca rahimakumullah, dalam tidurnya yang
sangat panjang tersebut Allah menjaga tubuh mereka agar tidak rusak. Di antara
bentuk penjagaan Allah subhanahu wa ta’ala adalah:
1. Sinar matahari tidak masuk ke dalam gua,
sehingga tidak langsung mengenai tubuh mereka, dengan demikian mereka pun tidak
merasa kepanasan dengan sengatan sinar matahari.
Allah subhanahu wa
ta’ala berfirman:
“Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit,
condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi
mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua
itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barang siapa yang
diberi petunjuk oleh Allah, maka dia lah yang mendapat petunjuk; dan barang
siapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpin pun
yang dapat memberi petunjuk kepadanya.” (Al-Kahfi: 18)
Para pembaca rahimakumullah, sebagaimana telah
disebutkan di atas bahwa mereka ditidurkan oleh Allah, namun dengan
kekuasaan-Nya, Allah menjadikan orang yang melihat mereka mengira bahwa mereka
dalam terbangun.
Sebagaimana di dalam firman-Nya
(artinya):
“Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal
mereka tidur.” (Al-Kahfi:
17)
Mengapa demikian? Para ahli tafsir mengatakan
hal itu terjadi karena mata mereka terbuka. (lihat Tafsir as-Sa’diy) Wallahu a’lam.
2. Penjagaan Allah agar tubuh mereka tidak
dimakan tanah, yaitu dengan dibolak-balik tubuh mereka dalam tidur panjangnya
itu, sehingga tubuh mereka tidak rusak dimakan tanah.
Allah subhanahu wa
ta’ala berfirman:
“Dan Kami balik-balikkan mereka ke kanan dan
ke kiri, sedang anjing mereka menjulurkan kedua kakinya di muka pintu gua.”
(Al-Kahfi: 18)
3. Penjagaan Allah terhadap mereka dari
orang-orang yang ingin mendekati mereka dengan adanya rasa takut sehingga tidak
berani mendekati mereka.
“Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah
kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan tentulah (hati) kamu
akan dipenuhi oleh ketakutan terhadap mereka.” (Al-Kahfi: 18)
Lama Mereka Tinggal di Gua
Mereka tinggal di dalam gua itu dalam keadaan
tertidur selama tiga ratus sembilan tahun (309 tahun), Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan mereka tinggal dalam gua tersebut
(selama) tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).” (Al-Kahfi: 25)
Lalu Allah subhanahu
wa ta’ala membangunkan mereka agar saling
bertanya-tanya di antara mereka sudah berapa lamakah mereka tinggal di dalam
gua?
Allah subhanahu wa
ta’ala berfirman:
“Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar
mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di
antara mereka, “Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini?).” Mereka menjawab,
“Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari.” Berkata (yang lain lagi),
“Rabb kalian lebih mengetahui berapa lamanya kalian berada (di sini).”
(Al-Kahfi: 19)
Kemudian mereka merasakan lapar, lalu
diutuslah salah seorang di antara mereka dengan membawa uang perak untuk membeli
makanan.
Maka didapati oleh pemuda tersebut negeri
(yaitu negeri Diqsus) yang sudah berubah, penduduknya pun telah berganti, tidak
dia dapati lagi pemerintah yang mengenali mereka, dan tidak seorang pun yang dia
kenal dari penduduk negeri tersebut.
“Maka suruhlah salah
seorang di antara kalian untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini,
dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia
membawa makanan itu untuk kalian, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan
janganlah sekali-kali menceritakan hal kalian kepada seorang pun.
Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui
tempat kalian, niscaya mereka akan melempar kalian dengan batu, atau memaksa
kalian kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kalian tidak akan
beruntung selama lamanya.
Dan demikian (pula) Kami mempertemukan
(manusia) dengan mereka, agar manusia itu mengetahui, bahwa janji Allah itu
benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya.”
(Al-Kahfi: 19-21)
Demikianlah saudara pembaca kisah tentang
Ashabul Kahfi yang mereka beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan mereka jujur
dengan keimanannya tersebut, maka Allah subhanahu wa
ta’ala balas keimanan dan kejujuran mereka dengan
menyelamatkan mereka, dan memuliakannya dengan menjadikan mereka sebagai teladan
bagi orang-orang yang beriman hingga hari kiamat.
Berikut ini beberapa pelajaran yang bisa
dipetik dari kisah ini:
1. Kebenaran adanya hari kiamat, yang manusia
pada hari itu dibangkitkan dari kubur-kuburnya. Hal ini sangat mudah bagi Allah
subhanahu wa ta’ala,
sebagaimana dibangkitkannya Ashhabul Kahfi setelah mereka tidur selama 309
tahun.
2. Menangnya orang-orang yang beriman terhadap
orang-orang kafir, sebagaimana Allah subhanahu wa
ta’ala memenangkan tujuh orang pemuda Ashabul Kahfi
dari kaum mereka yang kafir yang menghalangi mereka untuk mentauhidkan Allah
subhanahu wa ta’ala.
3. Sesungguhnya siapa saja yang berlindung
kepada Allah, niscaya Allah subhanahu wa
ta’ala melindunginya dan lembut kepadanya, serta
menjadikannya sebagai sebab orang-orang yang sesat mendapat hidayah
(petunjuk).
4. Melalui kisah ini kita dianjurkan untuk
berhati-hati dan menjauhi tempat-tempat yang dapat menimbulkan fitnah bagi agama
seseorang. Dan hendaknya seseorang menyimpan rahasia sehingga dapat
menjauhkannya dari suatu kejahatan.
5. Diterangkan dalam kisah ini betapa besar
kecintaan para pemuda yang beriman itu terhadap ajaran agama mereka. Dan
bagaimana mereka sampai melarikan diri, meninggalkan negeri mereka demi
menyelamatkan diri dari segenap fitnah yang akan menimpa agama mereka, untuk
kembali pada Allah subhanahu wa ta’ala.
6. Boleh memakan makanan yang baik dan memilih
makanan yang disenangi atau sesuai selera, selama tidak berbuat israf (boros atau berlebihan) yang
terlarang, berdasarkan dalil: “Hendaklah dia lihat
manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu untuk
kalian.” (Al-Kahfi:
19)
7. Bolehnya mewakilkan dalam hal
jual-beli.
8. Adab bagi orang yang tidak mengetahui ilmu
tentang sesuatu untuk mengembalikan kepada ulama.
Dan masih banyak faedah yang lainnya. Semoga
yang kami sebutkan di atas bisa memberi manfaat.
Wallahu a’lamu bish
shawab.
Penulis: Al-Ustadz Abu ‘Umar
Muhammad hafizhahullah. - Buletin Al ilmu
0 komentar