Apakah disunnahkan bagi seorang yang shalat (mushalli) dan seorang yang membaca al-Qur’an di luar shalat untuk mengucapkan ‘aamiin’ sewaktu mendapati ayat yang berisi do`a? (Tafsir Ibn Jarir, (6/146); Tafsir Ibn Katsir, (1/343); dan Syarh Ibn ‘Allan, (2/231).
Dari Atha’ rahimahullah -di-marfu’-kan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam- dia berkata,
Dari Atha’ rahimahullah -di-marfu’-kan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam- dia berkata,
لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ اْلآيَاتِ: رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذُنَا .. كُلَّمَا قَالَهَا جِبْرِيْلُ لِلنَّبِيِّ قَالَ النَّبِيِ: آمِيْنَ رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Ibnu Katsir rahimahullah juga telah menyebutkan riwayat ini dan menambah dengan riwayat lainnya dari Waki’, dari Sufyan, dari Abu Ishaq, dari seorang lelaki, dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu, “bahwasanya beliau (Mu’adz) sewaktu mengakhiri surat al-Baqarah, beliau mengucapkan: ‘aamiin’.” Kemudian, diriwayatkan dari Maisarah bahwasanya malaikat Jibril 'alaihis salam telah mengajarkan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam untuk menutup surat al-Baqarah dengan mengucapkan ‘aamiin’, sebagaimana telah di-takhrij oleh Abu ‘Ubaid. Lalu, diriwayatkan pula dari Jubair bin Nafir, “bahwasanya beliau (Jubair) telah mengucapkan ‘aamiin, aamiin’, dan ini juga telah di-takhrij (diteliti riwayatnya) oleh Abu ‘Ubaid.
Ibnu ‘Allan rahimahullah berkata, “Al-Baghawi di dalam tafsirnya menyebutkan bahwasanya disunnahkan bagi seorang yang shalat yang membaca ayat terakhir dari surat al-Baqarah agar mengucapkan: ’aamiin’. Ini diambil dari kitab “al-Ii’ab.”
Akan tetapi, dari semua riwayat yang telah disebutkan di atas, tidak satu pun riwayat yang di-marfu’-kan (disandarkan) kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tersebut dinyatakan kuat (tsabit). Oleh karenanya, tidak ada hukum syar’i yang terbangun di atas riwayat tersebut. Wallahu A’lam.
[Sumber: Dinukil dari kitab Tashhîh ad-Du’â`, karya Syaikh Bakar bin Abdullah Abu Zaid, edisi bahasa Indonesia: Koreksi Doa dan Zikir, pent. Darul Haq Jakarta]
0 komentar