PERINTAH AWAL DALAM AL-QUR’AN


PERINTAH AWAL DALAM AL-QUR’AN
Penulis: Ustadz Abu Isma’il Muslim Al-Atsari
Sebagai umat Islam, kita diperintahkan untuk membaca al-Qur’an yang merupakan pedomaan pertama manusia dalam menjalani kehidupan ini. Bahkan telah berulang kali kita membacanya. Akan tetapi, masih banyak di antara kita yang belum memahami kandungan dari al-Qur’an secara benar terutama dalam masalah aqidah Islam. Kita masih mendapatkan sebagian umat Islam masih melakukan praktik kesyirikan yang tanpa disadari dapat mengotori keimanan seseorang dan dapat menyebabkan batalnya keislaman seseorang. Padahal, saat kita membuka lembaran-lembaran di dalam mushhaf Al-Qur’an, kita akan menemukan kata perintah pertama kali terdapat di dalam surat Al-Baqarah ayat ke-21. Begitu pula, kita akan mendapatkan kata larangan pertama kali terdapat di dalam surat Al-Baqarah ayat 22. Maka, kedua ayat ini sangat penting untuk kita pahami dengan sebaik-baiknya. Berikut ini adalah sedikit penjelasan tentang dua ayat tersebut, semoga bermanfaat.
Penjelasan Al-Baqarah ayat 21
Allah berfirman, “Hai manusia, beribadahlah kepada Rabbmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu, agar kamu bertaqwa. (QS. Al-Baqarah: 21) Firman Allah pada ayat ini, “Hai manusia!”, ini merupakan seruan kepada seluruh manusia, bangsa dan suku manapun, di setiap tempat dan waktu kapanpun setelah diutusnya Nabi Muhammad. Ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad diutus kepada seluruh umat manusia, di timur dan di barat. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam QS. Saba’(34) ayat 28′ “Dan Kami tidak mengutusmu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya, sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.”
Firman Allah, “beribadahlah kepada Rabbmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu”, hal ini menjelaskan kepada kita bahwa setiap manusia wajib beribadah kepada Allah semata, karena Allah telah menciptakan manusia. Allah berfirman, “Dan bertaqwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan umat-umat yang terdahulu.” (QS. Asy-Syu’araa’ (26): 184). Juga firman-Nya, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. (QS. Adz-Dzariyat (51): 56) Yang dimaksud dengan beribadah kepada Allah adalah melakukan ketaatan secara mutlak kepada Allah, disertai dengan kecintaan dan pengagungan, berharap dan takut, dengan cara melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, dan mengikuti syari’at yang telah dituntunkan Rasulullah dengan hati yang ikhlas kepada Allah saja.
Firman Allah, “agar kamu bertaqwa”, ini merupakan tujuan dari ibadah hamba kepada Allah, yaitu agar menjadi orang yang bertaqwa, sehingga terbebas dari murka dan siksa Allah. Ibnu Rajab al-Hanbali berkata: “Asal arti taqwa adalah hamba menjadikan perlindungan yang akan melindunginya dari apa yang dia takutkan dan dia waspadai. Maka, taqwa hamba kepada Rabbnya adalah dia menjadikan perlindungan yang akan melindunginya dari apa yang dia takutkan dan dia waspadai dari Rabbnya, yaitu dari kemarahan-Nya, kemurkaan-Nya, dan siksa-Nya, dengan cara melaksanakan ketaatan kepada-Nya dan menjauhi kemaksiatan-kemaksiatan kepada-Nya”. (Jaami’ul ‘Uluum wal Hikam, Juz I, hal. 398, penerbit: muassasah ar-Risalah) Hal ini menunjukkan bahwa manfaat dari kita beribadah kepada Allah akan kembali kepada diri kita sendiri, bukan kepada Allah, dan bukan pula kepada orang lain (lihat QS. Al-Fushshilat: 46).
Penjelasan Al-Baqarah ayat 22
Sedangkan firman Allah pada surat Al-Baqarah ayat 22 adalah, “Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu, janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah (2): 22) Pada ayat ini menjelaskan bahwa Allah adalah pemberi rezeki kepada setiap manusia. Segala keperluan hidup manusia telah disiapkan oleh Allah Sang Khaliq, segala kenikmatan telah diberikan kepada semua hamba-Nya. Syaikh As-Sa’di – rahimahullah – ketika menjelaskan Al-Baqarah ayat 22 ini, berkata, “Kemudian Allah berhujjah atas kewajiban beribadah kepada-Nya semata, bahwa Dia adalah Rabb (Pencipta, Pemilik, Penguasa, Pemelihara manusia, Yang telah memelihara kamu dengan berbagai macam kenikmatan. Dia telah menciptakan kamu yang sebelumnya tidak ada, Dia juga yang telah menciptakan orang-orang sebelum kamu, Dia telah memberikan kenikmatan kepada kamu dengan kenikmatan-kenikmatan lahir dan bathin. Dia telah menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu, kamu dapat menetap di atasnya. Kamu juga dapat memanfaatkan dengan bengunan-bengunan, pertanian, pengolahan tanah, berjalan dari satu tempat ke tempat lain, dan selain itu dari pemanfaatan bumi. Dan Dia telah menjadikan langit sebagai atap bagi tempat tinggal kamu, dan Dia meletakkan di langit berbagai benda yang bermanfaat yang merupakan kebutuhan kamu, seperti matahari, bulan, dan bintang-bintang… Kemudian Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan, seperti biji-bijian dan dan buah-buahan dari pohon kurma, dan seluruh buah-buahan, serta tumbuh-tumbuhan dan lainnya. Sebagai rezeki untukmu, dengan itu kamu memperoleh rezeki, kamu mendapatkan makanan pokok, kamu hidup, dan bersenang-senang.” (Tafir Taisir Karimir Rahman, surat al-Baqarah ayat 22)
Firman Allah “Karena itu, janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah”, ini adalah larangan terhadap perbuatan syirik, yang merupakan lawan dari tauhid. Yaitu, “Janganlah kamu manjadikan tandingan-tandingan (bagi Allah) dari kalangan makhluq, yaitu kamu beribadah kepada tandingan-tandingan itu sebagaimana kamu beribadah kepada Allah, dan kamu mencintai mereka sebagai mana kamu mencintai Allah, sedangkan mereka seperti kamu, diciptakan oleh Allah, diberi rezeki oleh Allah, dikuasai oleh Allah. Mereka tidak memiliki sesuatupun seberat debu di bumi dan di langit, dan mereka tidak dapat ,memberi manfaat kepada kamu dan tidak dapat membahayakan kamu.” (Tafsir Taisir Karimir Rahman, Surat al-Baqarah ayat 22 karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di) Firman Allah, “padahal kamu mengetahui”, yaitu “bahwa Allah tidak memiliki sekutu dan tandingan, baik didalam mencipta, memberi rezeki, dan mengatur. Demikian juga, Allah tidak memiliki sekutu dan tandingan di dalam uluhiyah (hak untuk diibadahi) dan kesempurnaan. Maka, bagaimana kamu beribadah kepada tuhan-tuhan yang lain bersama Allah, padahal kamu mengetahui hal itu?! Ini merupakan perkara yang sangat mengherankan dan kebodohan yang paling bodoh.” (Tafsir Taisir Karimir Rahman, Surat Al-Baqarah ayat 22)
Setelah kita mengetahui sedikit penjelasan tentang dua ayat yang berisi perintah dan larangan yang pertama dalam Kitabullah, yaitu tentang kewajiban tauhid (menyembah atau beribadah hanya kepada Allah semata tanpa menyekutukannya dengan sesuatu apapun) maka kewajiban kita adalah mempelajari tentang perintah dan larangan Allah (Tauhid dan Syirik). Sehingga kita dapat mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Inilah sedikit penjelasan dua ayat yang agung ini. Semoga Allah selalu membimbing kita di atas jalan yang lurus. Wallahu a’lam.
Disadur dari kumpulan artikel Ustadz Muslim Abu Isma’il Al-Atsari dengan sedikit perubahan.

You Might Also Like

0 komentar