FAIDAH DARI SURAT AL JIN 11-13

Surat Al Jin ayat 11:
وَأَنَّا مِنَّا الصَّالِحُونَ وَمِنَّا دُونَ ذَلِكَ كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا
Dan sesungguhnya di antara kami ada yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda
Faidah:
  1. Jin ada yang shalih ada kafir. Sebagian ulama menjelaskan ayat وَمِنَّا دُونَ ذلِكَ (dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya) maksudnya ada jin yang mukmin tapi tidak shalih dan ada yang sama sekali tidak beriman atau kafir.
  2. Jin itu memiliki banyak sekte dan golongan.
  3. Ad Dhahhak menjelaskan makna طَرَائِقَ قِدَدًا artinya mereka memiliki agama yang bermacam-macam.
  4. Qatadah menjelaskan makna طَرَائِقَ قِدَدًا artinya mereka memiliki kecenderungan hawa nafsu yang berbeda-beda.
  5. A Suddiy menjelaskan makna طَرَائِقَ قِدَدًا artinya diantara jin itu seperti manusia ada yang berpaham qadariyyah, khawarij, rafidhah, syi’ah dan ahlus sunnah.
  6. Sebagian ulama juga menafsirkan bahwa ayat ini adalah menjelaskan sikap mereka setelah mendengarkan ayat Qur’an, yaitu ada yang beriman terhadap kandungan Al Qur’an, dan ada yang kafir.
Surat Al Jin ayat 12:
وَأَنَّا ظَنَنَّا أَنْ لَنْ نُعْجِزَ اللَّهَ فِي الْأَرْضِ وَلَنْ نُعْجِزَهُ هَرَبًا
Dan sesungguhnya kami mengetahui, bahwa kami sekali-kali tidak akan dapat melepaskan diri (dari kekuasaan) Allah di muka bumi dan sekali-kali tidak (pula) dapat melepaskan diri (daripada) Nya dengan lari
Faidah:
  1. Para jin yang mampu terbang ke langit, dahulunya bisa duduk-duduk di langit, bisa mencuri berita langit, mereka mengakui kekuasaan Allah dan kesempurnaan qudrah Allah.
  2. Para jin mengakui bahwa mereka itu lemah di hadapan Allah, tidak mampu melawan Allah dan tidak bisa lari dari hukum Allah.
  3. Pengakuan ini muncul setelah mendengarkan Al Qur’an. Karena di ayat ini menggunakan ظَنَنَّا (kami menyangka), dan sebelumnya di ayat 5 dan ayat 7 mereka menyebutkan zhan-zhan mereka yang batil karena ketika itu kebenaran belum menyapa mereka. Sehingga di ayat ini mereka menyebutkan zhan yang benar.
  4. Beramal dengan zhan (sangkaan) ada dua macam
    1. Sekedar zhan tanpa didasari ilmu, maka ini tercela.
    2. Zhan yang didasari ilmu, atau disebut zhan rajih, maka ini disebut beramal dengan ilmu bukan dengan zhan.
  5. Dalam ayat ini para jin beramal dengan zhan rajih karena muncul setelah mereka mendengarkan Al Qur’an, sehingga tidak tercela.
  6. Secanggih, sekuat dan sehebat apapun musuh Islam, tidak lebih hebat dari para jin. Maka Allah jauh-jauh-jauh lebih kuat dan lebih kuasa. Jika mereka jumawa dengan senjata dan kehebatan teknologi mereka, maka kaum Muslimin bersama Allah yang Maha Kuasa. Tentunya dengan mengambil sebab-sebab yang dapat mewujudkan kekuatan kaum Muslimin.
Surat Al Jin ayat 13:
وَأَنَّا لَمَّا سَمِعْنَا الْهُدَى آمَنَّا بِهِ فَمَنْ يُؤْمِنْ بِرَبِّهِ فَلَا يَخَافُ بَخْسًا وَلَا رَهَقًا
Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al Qur’an), kami beriman kepadanya. Barang siapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan
Faidah:
  1. Al Huda dalam (الْهُدَى) dalam ayat ini maksudnya Al Qur’an. Karena padaawal-awal surat mereka mensifati Al Qur’an dengan berkata ‘(yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya‘.
  2. Salah satu nama dari Al Qur’an adalah Al Huda.
  3. Al Qur’an itu diturunkan untuk seluruh umat Muhammad, baik dari kalangan jin maupun manusia.
  4. Setelah menjelaskan bahwa ada jin yang shalih dan ada jin yang kufur setelah disampaikan Al Qur’an, sekelompok jin ini menegaskan bahwa mereka termasuk yang beriman kepada Al Qur’an. Ayat ini juga mengajarkan sifat tawadhu dan tidak men-tazkiyah diri, karena para jin ini tidak mengatakan ‘insya Allah kami termasuk yang shalih bukan yang kafir‘ namun mereka mengatakan ‘adapun kami tatkala mendengar Al Qur’an, kami beriman kepadanya‘.
  5. Orang yang benar imannya kepada Allah tidak akan merasa khawatir Allah berbuat zhalim dalam memberikan pahala dan dosa. Ia tidak khawatir pahalanya dikurangi padahal ia tidak berbuat salah, dan ia tidak khawatir dosanya bertambah gara-gara memikul dosa orang lain secara zhalim.
  6. Orang yang benar imannya akan yakin seyakin-yakinnya bahwa setiap amal kebaikan atau keburukan, sedikit maupun banyak, kecil ataupun besar, pasti akan diperhitungkan oleh Allah Ta’ala dengan seadil-adilnya.
  7. Orang yang benar imannya akan yakin bahwa ketika ia jatuh ke dalam keburukan lalu ia bertaubat dan terlepas dari keburukan itu, maka ia akan mendapatkan kebaikan, tidak dicatat sebagai pelaku keburukan terus-menerus.
  8. Iman yang benar, sumber dari segala kebaikan dalam keyakinan dan perbuatan.
  9. Aqidah yang benar terhadap Allah, titik pangkal benarnya keyakinan dan perbuatan dalam beragama. Jika aqidah kepada Allah sudah rusak, maka hal yang lain sangat berpotensi rusak pula. - http://kangaswad.wordpress.com/

You Might Also Like

0 komentar