Taqy malik - Surat Al imron ayat 133-136 - Meraih Surga Melalui Amalan Takwa



Allah Taala berfirman,


Dalam ayat yang mulia ini Allah memerintahkan untuk bersegera dalam dua hal yaitu :
[1] Meraih ampunan Allah [2] Meraih surga-Nya yang lebarnya selebar langit dan bumi. Apalagi panjangnya!! Surga ini Allah sediakan bagi orang-orang yang bertakwa. –semoga Allah memudahkan kita untuk masuk di dalamnya-

Memahami Takwa Apa pengertian takwa?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan dalam Majmu’ Fatawa (XX/132) bahwa takwa bukanlah hanya meninggalkan maksiat (kejelekan) namun takwa -sebagaimana ditafsirkan oleh ulama-ulama dahulu dan belakangan- adalah melakukan apa yang Allah perintahkan dan meninggalkan apa yang Allah larang.
Tholaq bin Habib rahimahullah mengatakan, melakukan ketaatan kepada Allah, di atas cahaya dari Allah (yaitu di atas ilmu) dengan harapan untuk mendapatkan pahala dari Allah dan engkau menjauhi maksiat atas cahaya dari Allah (yaitu di atas ilmu) karena takut akan ’adzab Allah. (Lihat Jami’ul Ulum wal Hikam, hal. 211)
Di antara bentuk ketakwaan adalah menjaga shalat lima waktu di mana Allah memerintahkan hal ini pada kita,
 “Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa (shalat Ashar atau Shubuh)” (QS. Al Baqarah [2] : 238)
Dan Allah melarang meninggalkan perkara agung ini karena inilah amalan yang pertama kali akan dihisab (diperhitungkan) di hari kiamat kelak di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
”Amalan pertama yang akan dihisab dari seorang hamba adalah shalat. Yang perkara pertama kali yang akan diputuskan adalah urusan darah.” (HR. An Nasa’i dan Ath Thobroni, dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash Shohihah no. 1748).
Oleh karena itu, janganlah menganggap remeh shalat ini dan janganlah meninggalkannya karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda,
 “Sesungguhnya di antara pembeda antara seorang muslim dengan kesyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim)
yaitu yang menghalangi seseorang dari kekafiran adalah tidak meninggalkan shalat (yaitu melakukan shalat). Apabila seseorang meninggalkan shalat tidak lagi tersisa penghalang antara keislaman dan kesyirikan bahkan dia telah jatuh dalam dosa kekafiran. Perhatikanlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
 “Tidak mungkin keimanan dan kekufuran itu bersatu dalam hati seseorang.” (Silsilah Ash Shohihah no. 1050).
Imam Syafi’i dan Imam Malik mengatakan orang yang meninggalkan shalat adalah orang yag fasik dan dia akan dihukum sebagaimana orang yang berzina.
Ibnul Qayyim dalam kitab Ash Sholatu wa Hukmu Tarikiha berkata,
”Kaum muslimin sepakat bahwa meninggalkan shalat yang wajib dengan sengaja adalah dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, zina, mencuri, dan minum minuman keras. Orang yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan Allah serta mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.”
Meraih Surga Melalui Amalan Takwa Surga ini Allah sediakan bagi orang yang bertakwa dan mereka ini adalah penghuninya. Amalan takwa adalah amalan yang mengatarkan padanya. Kemudian selanjutnya Allah mensifati orang yang bertakwa dan amalannya: [1] Gemar Berinfak Yaitu orang-orang yang banyak berinfak dalam keadaan susah maupun mudah, lapang atau sempit, senang maupun sulit, sehat ataupun sakit dan dalam segala kondisi. Jika dalam keadaan mudah dan kelebihan mereka berinfak, begitu juga dalam keadaan sempit (susah), mereka tetap berinfak walaupun sedikit. [2] Menahan Amarah Orang yang bertakwa ini adalah orang yang menahan amarah. Apabila ada yang menyakitinya, maka normalnya manusia, dalam hatinya akan dongkol, dan akan membalas dengan kata-kata maupun perbuatan. Inilah kebiasaan orang ketika disakiti. Namun orang yang bertakwa yang akan dijanjikan memasuki surga Allah akan menahan hatinya dari amarah, berusaha untuk sabar walaupun telah disakiti. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
.“Orang yang kuat bukanlah orang yang pandai bergelut. Namun, orang yang kuat adalah yang pandai menahan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
 “Kemarahan itu akan mengumpulkan seluruh kejelekan.” (HR. Ahmad. Dishohihkan Syaikh Al Albani dalam Shohih Targhib wa Tarhib)
[3] Memaafkan Orang Lain Termasuk dalam memaafkan orang lain adalah memberi maaf kepada semua orang yang telah menyakiti dengan perkataan dan perbuatan.
Memaafkan orang lain ini lebih utama dari menahan amarah karena memaafkan orang lain berarti tidak balas dendam terhadap orang yang telah menyakiti dan bermurah hati kepadanya.
Inilah orang-orang yang menghiasi diri dengan akhlak yang mulia dan menjauhi akhlak yang tercela karena memaafkan hamba Allah sebagai rahmat (kasih sayang) kepada mereka, berbuat baik kepada mereka, dan tidak senang menyakiti mereka. Semoga Allah mengampuni orang-orang seperti ini. Dan ingatlah balasannya adalah di sisi Allah yang Maha Mulia dan balasannya bukanlah di sisi hamba yang fakir yang tidak dapat memberikan apa-apa. Ingatlah firman Allah Ta’ala,
”Barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya adalah di sisi Allah.” (QS. Asyura [42] : 40)
”Tiga hal yang Allah bersumpah dengannya : [1] Harta tidaklah berkurang dengan shodaqoh, [2] Tidaklah Allah menambahkan kepada orang yang memberi maaf kecuali kemuliaan, [3] Barangsiapa yang tawadhu (rendah diri) karena Allah maka Allah akan meninggikan (derajatnya).” (HR. Tirmidzi, Lihat Tafsir Ibnu Katsir)
Semoga kita selalu dibekali oleh Allah dengan sifat takwa. Allahumma inna nasalukal huda wat tuqo wal afaf wal ghina. 

You Might Also Like

0 komentar