Taqy malik - Surat Al imron ayat 133-136 - Meraih Surga Melalui Amalan Takwa
- 03.26
- By faridan
- 0 Comments
Allah Taala berfirman,
Dalam ayat yang mulia ini Allah memerintahkan untuk bersegera dalam dua hal
yaitu :
[1] Meraih ampunan Allah [2] Meraih surga-Nya yang lebarnya selebar langit
dan bumi. Apalagi panjangnya!! Surga ini Allah sediakan bagi orang-orang yang
bertakwa. –semoga Allah memudahkan kita untuk masuk di dalamnya-
Memahami Takwa Apa pengertian takwa?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan dalam Majmu’ Fatawa (XX/132) bahwa
takwa bukanlah hanya meninggalkan maksiat (kejelekan) namun takwa -sebagaimana
ditafsirkan oleh ulama-ulama dahulu dan belakangan- adalah melakukan apa yang
Allah perintahkan dan meninggalkan apa yang Allah larang.
Tholaq bin Habib
rahimahullah mengatakan, melakukan ketaatan kepada Allah, di atas cahaya dari
Allah (yaitu di atas ilmu) dengan harapan untuk mendapatkan pahala dari Allah
dan engkau menjauhi maksiat atas cahaya dari Allah (yaitu di atas ilmu) karena
takut akan ’adzab Allah. (Lihat Jami’ul Ulum wal Hikam, hal. 211)
Di antara bentuk ketakwaan adalah menjaga shalat lima waktu di
mana Allah memerintahkan hal ini pada kita,
“Peliharalah semua shalat(mu), dan
(peliharalah) shalat wusthaa (shalat Ashar atau Shubuh)” (QS. Al Baqarah [2] :
238)
Dan Allah melarang
meninggalkan perkara agung ini karena inilah amalan yang pertama kali akan
dihisab (diperhitungkan) di hari kiamat kelak di mana Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
”Amalan pertama yang akan dihisab dari seorang hamba adalah shalat.
Yang perkara pertama kali yang akan diputuskan adalah urusan darah.” (HR. An
Nasa’i dan Ath Thobroni, dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah
Ash Shohihah no. 1748).
Oleh karena itu,
janganlah menganggap remeh shalat ini dan janganlah meninggalkannya karena
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda,
“Sesungguhnya di antara pembeda
antara seorang muslim dengan kesyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan
shalat.” (HR. Muslim)
yaitu yang
menghalangi seseorang dari kekafiran adalah tidak meninggalkan shalat (yaitu
melakukan shalat). Apabila seseorang meninggalkan shalat tidak lagi tersisa
penghalang antara keislaman dan kesyirikan bahkan dia telah jatuh dalam dosa
kekafiran. Perhatikanlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Tidak mungkin keimanan dan
kekufuran itu bersatu dalam hati seseorang.” (Silsilah Ash Shohihah no. 1050).
Imam Syafi’i dan Imam Malik mengatakan orang yang meninggalkan shalat
adalah orang yag fasik dan dia akan dihukum sebagaimana orang yang
berzina.
Ibnul Qayyim dalam kitab Ash Sholatu wa Hukmu Tarikiha berkata,
”Kaum muslimin sepakat bahwa meninggalkan shalat yang wajib dengan sengaja
adalah dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa
membunuh, merampas harta orang lain, zina, mencuri, dan minum minuman keras.
Orang yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan Allah serta
mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.”
Meraih Surga Melalui Amalan Takwa Surga ini Allah sediakan bagi orang yang bertakwa dan mereka ini
adalah penghuninya. Amalan takwa adalah amalan yang mengatarkan padanya.
Kemudian selanjutnya Allah mensifati orang yang bertakwa dan amalannya: [1]
Gemar Berinfak Yaitu orang-orang yang banyak berinfak dalam
keadaan susah maupun mudah, lapang atau sempit, senang maupun sulit, sehat
ataupun sakit dan dalam segala kondisi. Jika dalam keadaan mudah dan kelebihan
mereka berinfak, begitu juga dalam keadaan sempit (susah), mereka tetap
berinfak walaupun sedikit. [2] Menahan Amarah Orang yang
bertakwa ini adalah orang yang menahan amarah. Apabila ada yang menyakitinya,
maka normalnya manusia, dalam hatinya akan dongkol, dan akan membalas dengan
kata-kata maupun perbuatan. Inilah kebiasaan orang ketika disakiti. Namun orang
yang bertakwa yang akan dijanjikan memasuki surga Allah akan menahan hatinya
dari amarah, berusaha untuk sabar walaupun telah disakiti. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
.“Orang yang kuat bukanlah orang yang pandai bergelut. Namun, orang yang
kuat adalah yang pandai menahan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam juga bersabda,
“Kemarahan itu akan mengumpulkan
seluruh kejelekan.” (HR. Ahmad. Dishohihkan Syaikh Al Albani dalam Shohih
Targhib wa Tarhib)
[3] Memaafkan Orang Lain Termasuk dalam memaafkan orang lain adalah memberi maaf kepada semua
orang yang telah menyakiti dengan perkataan dan perbuatan.
Memaafkan orang lain ini lebih utama dari menahan amarah karena memaafkan orang lain berarti
tidak balas dendam terhadap orang yang telah menyakiti dan bermurah hati
kepadanya.
Inilah orang-orang yang menghiasi diri dengan akhlak yang mulia dan
menjauhi akhlak yang tercela karena memaafkan hamba Allah sebagai rahmat (kasih
sayang) kepada mereka, berbuat baik kepada mereka, dan tidak senang menyakiti
mereka. Semoga Allah mengampuni orang-orang seperti ini. Dan
ingatlah balasannya adalah di sisi Allah yang Maha Mulia dan balasannya
bukanlah di sisi hamba yang fakir yang tidak dapat memberikan apa-apa. Ingatlah
firman Allah Ta’ala,
”Barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya adalah di
sisi Allah.” (QS. Asyura [42] : 40)
”Tiga hal yang Allah bersumpah dengannya : [1] Harta tidaklah berkurang
dengan shodaqoh, [2] Tidaklah Allah menambahkan kepada orang yang memberi maaf
kecuali kemuliaan, [3] Barangsiapa yang tawadhu (rendah diri) karena Allah maka
Allah akan meninggikan (derajatnya).” (HR. Tirmidzi, Lihat Tafsir Ibnu Katsir)
Semoga kita selalu dibekali oleh Allah dengan sifat takwa. Allahumma
inna nasalukal huda wat tuqo wal afaf wal ghina.
0 komentar