Setiap orangtua pasti menginginkan buah hatinya
menjadi anak yang shalih dan shalihah. Anak shalih shalihah merupakan harta
yang paling berharga bagi orangtua. Untuk mendapatkan semua itu, tentu harus
ada upaya keras dari orangtua dalam mendidik anak. Salah satu yang wajib
diajarkan kepada anak adalah segala hal tentang al-Quran karena ia
adalah pedoman hidup manusia.
Rasulullah, pernah bersabda (yang artinya): Didiklah
anak-anakmu dengan tiga perkara: mencintai Nabimu; mencintai ahlul baitnya; dan
membaca al-quran karena orang-orang yang memelihara Al-Qur'an itu berada
dalam lindungan singasana Allah pada hari ketika tidak ada perlindungan selain
daripada perlindungan-Nya; mereka beserta para nabiNya dan orang-orang suci.
(HR ath Thabrani).
Sejak kapan al-Quran sebaiknya diajarkan pada
anak?
Tentu sedini mungkin. Semakin dini semakin baik.
Akan sangat bagus jika sejak anak dalam kandungan
seolah-olah calon anak kita itu sudah terbiasa "hidup bersama"
al-Quran; yakni ketika sang ibu yang mengandungnya, rajin membaca al-Quran.
Agar Anak Selalu Hidup Bersama al-Quran
1. Mengenalkan.
Saat yang paling tepat mengenalkan alQuran adalah
ketika anak sudah mulai tertarik dengan buku. Sayang, banyak orangtua yang
lebih suka menyimpan al-Quran di rak lemari paling atas. Sesekali
perlihatkanlah al-Quran kepada anak sebelum mereka mengenal buku buku lain,
apalagi buku dengan gambar-gambar yang lebih menarik.
Mengenalkan al-Quran juga bisa dilakukan dengan
mengenalkan terlebih dulu huruf-huruf hijaiyah; bukan mengajarinya membaca,
tetapi sekadar memperlihatkannya sebelum anak mengenal A, B, C. D.
Tempelkan gambar-gambar tersebut ditempat yang
sering dilihat anak;
lengkapi dengan gambar dan warna yang menarik.
Dengan sering melihat, anak akan terpancing untuk bertanya lebih lanjut. Saat
itulah kita boleh memperkenalkan huruf-huruf al-Quran.
2. Memperdengarkan.
Memperdengarkan ayat-ayat al-Quran bisa dilakukan
secara langsung atau dengan memutar kaset atau CD.
Kalau ada teori yang mengatakan bahwa mendengarkan
musik klasik pada janin dalam kandungan akan meningkatkan kecerdasan, insya
Allah memperdengarkan al-Quran akan jauh lebih baik pengaruhnya bagi bayi.
Apalagi jika ibunya yang membacanya sendiri.
Ketika membaca alQuran, suasana hati dan pikiran ibu akan menjadi lebih khusyuk
dari tenang. Kondisi seperti ini akan sangat membantu perkembangan psikologis
janin yang ada dalam kandungan.
Pasalnya, secara teoretis kondisi psikologis ibu
tentu akan sangat berpengaruh pada perkembangan bayi, khususnya perkembangan
psikologisnya. Kondisi stres pada Ibu tentu akan berpengaruh buruk pada
kandungannya.
Memperdengarkan al-Qurari bisa dilakukan kapan
saja dan dimana saja; juga tidak mengenal batas usia anak. Untuk anak-anak yang
belum bisa berbicara, insya Allah lantunan
ayat al-Quran itu akan terekam dalam memorinya. Jangan aneh kalau tiba-tiba si kecil lancar melafalkan surat
al-Fatihah, misalnya, begitu dia bisa berbicara.
Untuk anak yang lebih besar, memperdengarkan
ayat-ayat alQuran (surat-surat pendek) kepadanya terbukti memudahkan sang anak
menghapalkannya.
3. Menghapalkan.
Menghapalkan al-Quran bisa dimulai sejak anak
lancar berbicara. Mulailah dengan surat atau ayat yang pendek atau potongan
ayat (misalnya fastabiq al-khayrat, hudan li an-nas, birr al-walidayn, dan
sebagainya).
Menghapal bisa dilakukan dengan cara sering-sering
membacakan ayat-ayat tersebut kepada anak. Lalu latihlah anak untuk
menirukannya. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai anak hapal di luar
kepala.
Masa
anak-anak adalah masa meniru dan memiliki daya ingat yang luar biasa.
Orangtua harus menggunakan kesempatan ini
dengan baik jika tidak ingin menyesal kehilangan masa emas (golden age)
pada anak.
Agar anak lebih mudah mengingat, ayat yang sedang
dihapal anak bisa juga sering dibaca ketika ayah menjadi imam atau ketika naik
mobil dalam perjalanan. Disamping anak tidak mudah lupa, hal itu juga sebagai
upaya membiasakan diri untuk mengisi kesibukan dengan amalan yang bermanfaat.
Nabi saw. bersabda:
Demi Zat Yang jiwaku ada di tangan-Nya, sesungguhnya hapalan Al-Qur'an itu lebih cepat lepasnya daripada seekor unta pada tambatannya. (HR al-Bukhari dan Muslim).
Demi Zat Yang jiwaku ada di tangan-Nya, sesungguhnya hapalan Al-Qur'an itu lebih cepat lepasnya daripada seekor unta pada tambatannya. (HR al-Bukhari dan Muslim).
4. Membaca
Siapa saja
yang membaca satu huruf dari Kitab Allah maka dia.akan mendapat satu kebaikan.
Satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan
bahwa alif-lam-mim adalah satu huruf. Akan tetapi, alif adalah satu huruf, lam
satu huruf dan mim juga satu huruf. (HR at-Tirmidzi).
Sungguh luar biasa pahala dan kebaikan yang
dijanjikan kepada siapa saja yang biasa membaca al-Quran. Bimbing dan doronglah
anak agar terbiasa membaca al-Quran setiap hari walau cuma beberapa ayat.
Orangtua penting memberikan contoh.
Jadikanlah membaca al-Quran, utamanya pada pagi
hari usai shalat subuh atau usai shalat magrib, sebagai kegiatan rutin dalam
keluarga. Ajaklah anak-anak yang belum bisa membaca untuk bersama-sama
mendengarkan kakak-kakaknya yang sedang membaca al-Quran. Orangtua mempunyai
kewajiban untuk mengajarkan kaidah-kaidah dan adab membaca al-Quran.
Untuk bisa membaca al-Quran, termasuk mengetahui
kaidah-kaidahnya, sekarang ini tidaklah sulit. Telah banyak metode yang
ditawarkan untuk bisa mudah dan cepat membaca. Ada metode Iqra, Qiroati dan
sebagainya. Metode-metode itu telah terbukti memudahkan ribuan anak-anak bahkan
orangtua untuk mahir membaca al-Quran.
Alangkah baiknya membaca al-Quran ini dilakukan
secara bersama-sama oleh anak-anak di bawah bimbingan orangtua. Ketika seorang
anak membaca, yang lain menyimaknya. Jika anak salah membaca, yang lain bisa
membetulkan. Dengan cara itu, rumah akan selalu dipenuhi dengan bacaan
al-Quran sehingga berkah
5. Menulis.
Belajar menulis akan mempermudah anak dalam
belajar membaca al-Quran. Diktekan kepada anak kata-kata tertentu yang
mempunyai makna. Dengan begitu, selain anak bisa menulis, sekaligus anak
belajar bahasa Arab. Mulailah dengan kata-kata pendek. Misalnya, untuk
mengenalkan tiga kata alif, ba, dan dal anak diminta menulis a, ba da (tolong
tuliskan Arabnya, ya: a-ba-da) artinya diam; ba-da-a (yang ini juga) artinya
mulai; dan sebagainya.
Sesekali di rumah, coba adakan lomba menulis ayat
al-Quran. Berilah hadiah untuk anak yang paling rapi menulis. Jika anak
memiliki kemampuan yang lebih dalam menulis huruf al-Quran, ia bisa diajari
lebih lanjut dengan mempelajari seni kaligrafi.
Rangkaian huruf menjadi suku kata yang mengandung
arti bertujuan untuk melatih anak dalam memperkaya kosakata, di samping
memberikan kesempatan bagi mereka untuk bertanya tentang setiap kata yang
diucapkan serta mengembangkan cita rasa seni mereka. Jadi, tidak hanya
bertujuan mengenalkan huruf-alQuran semata.
6. Mengkaji.
Ajaklah anak mulai mengkaji isi al-Quran. Ayah
bisa memimpinnya setelah shalat magrib atau subuh. Paling tidak, seminggu
sekali kajian sekeluarga ini dilakukan. Tema yang dingkat bisa saja tema-tema
yang ingin disampaikan berkaitan dengan perkembangan perilaku anak selama satu
minggu atau beberapa hari.
Kajian bersama, dengan merujuk pada satu atau dua
ayat al-Quran ini, sekaligus dapat menjadi sarana tawsiyah untuk seluruh
anggota keluarga. Sekali waktu, tema yang akan dikaji bisa diserahkan kepada
anak-anak.
Adakalanya anak diminta untuk memimpin kajian.
Orangtua bisa memberi arahan atau koreksi jika ada hal-hal yang kurang tepat.
Cara ini sekaligus untuk melatih keberanian anak menyampaikan isi al-Quran.
7. Mengamalkan dan memperjuangkan AI-Quran.
AI-Quran tentu tidak hanya untuk dibaca, dihapal
dan dikaji. Justru yang paling penting adalah diamalkan seluruh isinya dan
diperjuangkan agar benar-benar dapat menyinari kehidupan manusia.
Sampaikan kepada anak tentang kewajiban
mengamalkan serta memperjuangkan al-Quran dan pahala yang akan diraihnya. Insya
Allah, hal ini akan memotivasi anak.
Kepada anak juga bisa diceritakan tentang
bagaimana para Sahabat dulu yang sangat teguh berpegang pada alQuran; ceritakan
pula bagaimana mereka bersama Rasulullah sepanjang hidupnya berjuang agar
al-Quran tegak dalam kehidupan.
Wallahu a'lam bi ash-shawab. (Sumber: Risalah Membentuk Generasi Al Qur’an)
0 komentar