(ditulis oleh: Al-Ustadz Qomar Suaidi, Lc.)
Ash-Shamad adalah salah satu nama Allah yang sangat agung. Kita akan mengetahui keagungan nama ini apabila kita mengetahui penjelasan para ulama tentang nama tersebut.
Asma Allah ash-Shamad terdapat dalam al-Qur’an, hanya dalam surat al-Ikhlas. Firman-Nya,
Katakanlah, “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Dzat yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.”
Dalam sebuah hadits, Nabi pernah bersabda,
قَالَ اللهُ كَذَّبَنِي ابْنُ آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، وَشَتَمَنِى وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، فَأَمَّا تَكْذِيبُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: لَنْ يُعِيدَنِي كَمَا بَدَأَنِي؛ وَلَيْسَ أَوَّلُ الْخَلْقِ بِأَهْوَنَ عَلَيَّ مِنْ إِعَادَتِهِ، وَأَمَّا شَتْمُهُ إِيَّاىَ فَقَوْلُهُ: اتَّخَذَ اللهُ وَلَدًا، وَأَنَا الْأَحَدُ الصَّمَدُ، لَمْ أَلِدْ وَلَمْ أُولَدْ، وَلَمْ يَكُنْ لِي كُفْأً أَحَدٌ
Allah berfirman, “Anak Adam telah berdusta terhadapku, padahal tidak boleh baginya berbuat seperti itu. Ia juga mencerca-Ku, padahal tidak boleh baginya berbuat seperti itu. Adapun kedustaannya terhadap Aku adalah ucapannya, ‘Allah tidak akan menghidupkan aku kembali seperti saat Dia mengawali kehidupanku,’ padahal awal penciptaan tidaklah lebih mudah daripada membangkitkannya kembali. Adapun cercaannya terhadap-Ku adalah ucapannya, ‘Allah telah menjadikan putra bagi diri-Nya,’ padahal Akulah yang Maha Esa, tempat bergantungnya para makhluk, Aku tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan Aku tidak memiliki tandingan sesuatu pun.” (HR. al-Bukhari dari sahabat Abu Hurairah z)
Asma Allah ash-Shamad terdapat dalam al-Qur’an, hanya dalam surat al-Ikhlas. Firman-Nya,
Katakanlah, “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Dzat yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.”
Dalam sebuah hadits, Nabi pernah bersabda,
قَالَ اللهُ كَذَّبَنِي ابْنُ آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، وَشَتَمَنِى وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، فَأَمَّا تَكْذِيبُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: لَنْ يُعِيدَنِي كَمَا بَدَأَنِي؛ وَلَيْسَ أَوَّلُ الْخَلْقِ بِأَهْوَنَ عَلَيَّ مِنْ إِعَادَتِهِ، وَأَمَّا شَتْمُهُ إِيَّاىَ فَقَوْلُهُ: اتَّخَذَ اللهُ وَلَدًا، وَأَنَا الْأَحَدُ الصَّمَدُ، لَمْ أَلِدْ وَلَمْ أُولَدْ، وَلَمْ يَكُنْ لِي كُفْأً أَحَدٌ
Allah berfirman, “Anak Adam telah berdusta terhadapku, padahal tidak boleh baginya berbuat seperti itu. Ia juga mencerca-Ku, padahal tidak boleh baginya berbuat seperti itu. Adapun kedustaannya terhadap Aku adalah ucapannya, ‘Allah tidak akan menghidupkan aku kembali seperti saat Dia mengawali kehidupanku,’ padahal awal penciptaan tidaklah lebih mudah daripada membangkitkannya kembali. Adapun cercaannya terhadap-Ku adalah ucapannya, ‘Allah telah menjadikan putra bagi diri-Nya,’ padahal Akulah yang Maha Esa, tempat bergantungnya para makhluk, Aku tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan Aku tidak memiliki tandingan sesuatu pun.” (HR. al-Bukhari dari sahabat Abu Hurairah z)
Penjelasan Ulama tentang Makna ash-Shamad
Ibnu Abbas mengatakan, “Ash-Shamad adalah Dzat yang menuju (atau bergantung) kepada-Nya segala kebutuhan dan permohonan seluruh makhluk.”
Beliau juga menjelaskan, ash-Shamad adalah Yang Mahasempurna keunggulan-Nya, Yang Mahamulia yang sempurna kemuliaan-Nya, Yang Mahaagung yang sempurna keagungan-Nya, Yang Maha Penyantun yang sempurna kesantunan-Nya, Yang Maha Berilmu yang sempurna keilmuan-Nya, Yang Mahabijaksana yang sempurna kebijaksanaan-Nya. Dialah yang Mahasempurna dalam segala kemuliaan dan keunggulan-Nya. Dialah Allah yang Mahasuci. Inilah sifat-sifat-Nya. Sifat ini tidak pantas selain bagi-Nya, tiada tandingan bagi-Nya, tiada sesuatu pun yang seperti-Nya. Mahasuci Allah yang Maha Esa dan Maha Mengalahkan.
Ada beberapa penafsiran yang lain dari para ulama. Penafsiran tersebut dinukil dalam Tafsir ath-Thabari dan Tafsir Ibnu Katsir, di antaranya:
1. Yang Mahaunggul dan mencapai puncak keunggulan.
2. Yang Mahakekal setelah makhluk-Nya.
3. Yang tidak keluar dari-Nya sesuatu pun dan tidak makan.
4. Yang tidak memiliki rongga.
5. Yang tidak memakan makanan dan tidak meminum minuman.
Ibnu Abbas mengatakan, “Ash-Shamad adalah Dzat yang menuju (atau bergantung) kepada-Nya segala kebutuhan dan permohonan seluruh makhluk.”
Beliau juga menjelaskan, ash-Shamad adalah Yang Mahasempurna keunggulan-Nya, Yang Mahamulia yang sempurna kemuliaan-Nya, Yang Mahaagung yang sempurna keagungan-Nya, Yang Maha Penyantun yang sempurna kesantunan-Nya, Yang Maha Berilmu yang sempurna keilmuan-Nya, Yang Mahabijaksana yang sempurna kebijaksanaan-Nya. Dialah yang Mahasempurna dalam segala kemuliaan dan keunggulan-Nya. Dialah Allah yang Mahasuci. Inilah sifat-sifat-Nya. Sifat ini tidak pantas selain bagi-Nya, tiada tandingan bagi-Nya, tiada sesuatu pun yang seperti-Nya. Mahasuci Allah yang Maha Esa dan Maha Mengalahkan.
Ada beberapa penafsiran yang lain dari para ulama. Penafsiran tersebut dinukil dalam Tafsir ath-Thabari dan Tafsir Ibnu Katsir, di antaranya:
1. Yang Mahaunggul dan mencapai puncak keunggulan.
2. Yang Mahakekal setelah makhluk-Nya.
3. Yang tidak keluar dari-Nya sesuatu pun dan tidak makan.
4. Yang tidak memiliki rongga.
5. Yang tidak memakan makanan dan tidak meminum minuman.
Ath-Thabarani mengatakan, “Semua penafsiran ini adalah benar. Itu semua adalah sifat Rabb kita k. Dialah yang dituju dalam segala kebutuhan. Dialah yang telah mencapai puncak keunggulan-Nya, yang tidak berongga, tidak makan, dan tidak minum. Dialah yang kekal setelah makhluk-Nya.”
Kalimat yang semakna dikatakan pula oleh al-Baihaqi t dan disetujui oleh Ibnu Katsir .
As-Sa’di juga menjelaskan, “Ash-Shamad adalah Rabb Yang Mahasempurna yang Mahaunggul dan Mahaagung. Tiada sebuah sifat kesempurnaan pun melainkan Dia memiliki sifat tersebut dalam bentuk yang paling tinggi karena sempurnanya. Maka dari itu, para makhluk-Nya tidak dapat meliputi atau menjangkau sifat-sifat tersebut dengan kalbu mereka walaupun sebagiannya saja. Lisan mereka pun tidak dapat mengungkapkannya. Dialah yang menjadi tujuan segala kebutuhan.
“Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” (ar-Rahman: 29)
Dialah yang Mahakaya dengan sendirinya, sedangkan seluruh makhluk membutuhkan-Nya, baik dalam hal adanya mereka, proses terwujudnya, maupun bantuan bagi mereka dengan segala sesuatu yang mereka butuhkan. Tidak ada seorang pun yang tidak membutuhkan-Nya, walaupun dalam perkara yang seberat semut kecil, dalam setiap keadaan. Seluruh makhluk membutuhkan-Nya karena Dia memiliki segala kesempurnaan yang mutlak dalam Dzat-Nya, sifat-Nya, nama-nama-Nya, dan perbuatan-Nya….” (Tafsir al-Asma` al-Husna)
Dengan demikian, apabila diringkas, makna ash-Shamad adalah Yang Mahasempurna dalam segala sifat-Nya, yang semua makhluk-Nya membutuhkan-Nya sehingga semua makhluk-Nya menuju dan bergantung kepada-Nya. (Kutub wa Rasail Ibn Utsaimin)
Kalimat yang semakna dikatakan pula oleh al-Baihaqi t dan disetujui oleh Ibnu Katsir .
As-Sa’di juga menjelaskan, “Ash-Shamad adalah Rabb Yang Mahasempurna yang Mahaunggul dan Mahaagung. Tiada sebuah sifat kesempurnaan pun melainkan Dia memiliki sifat tersebut dalam bentuk yang paling tinggi karena sempurnanya. Maka dari itu, para makhluk-Nya tidak dapat meliputi atau menjangkau sifat-sifat tersebut dengan kalbu mereka walaupun sebagiannya saja. Lisan mereka pun tidak dapat mengungkapkannya. Dialah yang menjadi tujuan segala kebutuhan.
“Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” (ar-Rahman: 29)
Dialah yang Mahakaya dengan sendirinya, sedangkan seluruh makhluk membutuhkan-Nya, baik dalam hal adanya mereka, proses terwujudnya, maupun bantuan bagi mereka dengan segala sesuatu yang mereka butuhkan. Tidak ada seorang pun yang tidak membutuhkan-Nya, walaupun dalam perkara yang seberat semut kecil, dalam setiap keadaan. Seluruh makhluk membutuhkan-Nya karena Dia memiliki segala kesempurnaan yang mutlak dalam Dzat-Nya, sifat-Nya, nama-nama-Nya, dan perbuatan-Nya….” (Tafsir al-Asma` al-Husna)
Dengan demikian, apabila diringkas, makna ash-Shamad adalah Yang Mahasempurna dalam segala sifat-Nya, yang semua makhluk-Nya membutuhkan-Nya sehingga semua makhluk-Nya menuju dan bergantung kepada-Nya. (Kutub wa Rasail Ibn Utsaimin)
Buah Mengimani Nama Allah ash-Shamad
Dengan mengimani nama tersebut, kita semakin mengetahui kebesaran Allah . Dia benar-benar berhak untuk diibadahi dan Dialah satu-satu-Nya yang berhak diibadahi.
Adapun seluruh sesembahan selain-Nya tidak memiliki sedikit pun dari apa yang dimiliki oleh Allah . Lantas, atas dasar apa mereka disembah?
Dengan mengimani nama tersebut, kita semakin mengetahui kebesaran Allah . Dia benar-benar berhak untuk diibadahi dan Dialah satu-satu-Nya yang berhak diibadahi.
Adapun seluruh sesembahan selain-Nya tidak memiliki sedikit pun dari apa yang dimiliki oleh Allah . Lantas, atas dasar apa mereka disembah?
http://asysyariah.com
0 komentar