(ditulis oleh: Al-Ustadz Qomar Suaidi, Lc.)
Asy-Syahid, nama Allah yang agung, menunjukkan keluasan pengetahuan-Nya terhadap segala aktivitas hamba-Nya. Dia menyaksikan segala gerak-gerik mereka dari atas sana.
Allah menyebut nama ini dalam beberapa ayat al-Qur’an, seperti dalam firman-Nya saat memerintahkan Nabi-Nya untuk mengatakan kepada orang-orang kafir,
Katakanlah, “Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?” Katakanlah, “Allah.” Dia menjadi saksi antara aku dan kamu.” (al-An’am: 19)
Nama ini tersebut pula dalam hadits, saat Nabi mengisahkan seseorang dari Bani Israil yang begitu kuat keimanannya terhadap Allah Yang Maha Menyaksikan segala sesuatu.
Dari Abu Hurairah dari Rasulullah ,
Allah menyebut nama ini dalam beberapa ayat al-Qur’an, seperti dalam firman-Nya saat memerintahkan Nabi-Nya untuk mengatakan kepada orang-orang kafir,
Katakanlah, “Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?” Katakanlah, “Allah.” Dia menjadi saksi antara aku dan kamu.” (al-An’am: 19)
Nama ini tersebut pula dalam hadits, saat Nabi mengisahkan seseorang dari Bani Israil yang begitu kuat keimanannya terhadap Allah Yang Maha Menyaksikan segala sesuatu.
Dari Abu Hurairah dari Rasulullah ,
أَنَّهُ ذَكَرَ رَجُلاً مِنْ بَنِى إِسْرَائِيلَ سَأَلَ بَعْضَ بَنِى إِسْرَائِيلَ أَنْ يُسْلِفَهُ أَلْفَ دِينَارٍ، فَقَالَ: ائْتِنِى بِالشُّهَدَاءِ أُشْهِدُهُمْ. فَقَالَ: كَفَى بِاللهِ شَهِيدًا.قَالَ: فَأْتِنِى بِالْكَفِيلِ. قَالَ: كَفَى بِاللهِ كَفِيلاً. قَالَ: صَدَقْتَ. فَدَفَعَهَا إِلَيْهِ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى
Beliau menyebutkan seorang lelaki dari Bani Israil. Dia meminta kepada salah seorang dari mereka untuk meminjaminya uang sebesar seribu dinar, maka dia pun mengatakan, “Datangkan kepadaku para saksi agar aku persaksikan kepada mereka.” Ia menjawab, “Cukuplah Allah menjadi saksi.” Lalu ia mengatakan lagi, “Datangkan kepadaku seseorang yang bisa menjamin.” Ia menjawab, “Cukuplah Allah sebagai penjamin.” Ia mengatakan, “Kamu benar.” Lalu ia berikan uang tersebut kepadanya sampai batas waktu yang ditentukan. (Sahih, HR. al-Bukhari)
Ibnul Atsir menjelaskan dalam kitabnya Jami’ul Ushul, “Asy-Syahid adalah Dzat yang tidak tersembunyi baginya sesuatu pun. Disebut Syaahid (شَاهِدٌ) dan disebut Syahiid (شَهِيْدٌ), seperti bentuk kata Aalim (عَالِمٌ) dan Aliim (عَلِيمٌ), yakni (seolah-olah) hadir menyaksikan segala sesuatu dan melihatnya.”
As-Sa’di dalam kitab tafsirnya mengatakan, “Asy-Syahid berarti yang mengetahui segala sesuatu, mendengar setiap suara, baik yang tersembunyi maupun yang jelas, melihat segala yang ada, baik yang kecil maupun yang besar. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, yang menjadi saksi bagi hamba-Nya dan terhadap hamba-Nya atas segala yang mereka lakukan.”
Beliau juga menjelaskan dalam kesempatan yang lain, ar-Raqiib dan asy-Syahid termasuk dari al-‘Asma’ul Husna. Keduanya adalah dua nama yang sama, menunjukkan liputan pendengaran Allah terhadap segala sesuatu yang dapat didengar, penglihatannya terhadap segala sesuatu yang dapat dilihat, serta pengetahuan-Nya terhadap segala yang dapat diketahui, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Dia yang mengawasi dan mengetahui segala yang tersimpan dalam dada, yang mengawasi semua yang dilakukan oleh setiap jiwa, yang menjaga setiap makhluk dan melangsungkan kehidupannya dengan aturan yang paling bagus dan sempurna.
Allah berfirman,
“Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu.” (al-Hajj: 17)
“Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” (an-Nisa: 79)
Oleh karena itu, al-muraqabah (sikap selalu merasa diawasi Allah ) yang merupakan amalan kalbu tertinggi adalah salah satu wujud peribadatan kepada Allah yang berlandaskan pada dua nama-Nya, yaitu ar-Raqib dan asy-Syahid.
Maka dari itu, ketika seorang hamba mengetahui bahwa tingkah lakunya yang nyata dan yang batin diawasi oleh Allah , serta senantiasa ingat hal ini pada setiap keadaan, pasti akan membuahkan pengawasan batin atas segala pikiran dan bisikan yang dimurkai-Nya, serta penjagaan lahiriah atas segala ucapan dan perbuatan yang dimurkai-Nya. Lantas, ia pun akan beribadah kepada Allah sampai pada tingkat ihsan sehingga ia beribadah kepada Allah seolah-olah ia melihat-Nya. Apabila ia tidak melihat-Nya, Allah lah yang melihatnya.
Buah Mengimani Nama Allah asy-Syahid
Mengimani nama Allah asy-Syahid maka akan menumbuhkan sikap muraqabah dalam jiwa seseorang, selalu merasa diawasi Allah . Seperti yang dinyatakan oleh asy-Syaikh as-Sa’di, apabila sikap ini senantiasa ada setiap saat, seseorang akan bisa menjaga dirinya secara lahir dan batin dari segala sesuatu yang dimurkai oleh Allah .
Hal ini karena Allah menyaksikan segala aktivitas hamba-Nya di mana pun; baik di tempat yang gelap maupun yang terang, di tempat ramai maupun sepi, saat sendirian, berduaan, maupun bersama yang lain di keramaian. Mengimani nama Allah asy-Syahid sangat membantu seseorang untuk menjauhi kemaksiatan pacaran dan perzinaan.
Mengimani nama Allah asy-Syahid maka akan menumbuhkan sikap muraqabah dalam jiwa seseorang, selalu merasa diawasi Allah . Seperti yang dinyatakan oleh asy-Syaikh as-Sa’di, apabila sikap ini senantiasa ada setiap saat, seseorang akan bisa menjaga dirinya secara lahir dan batin dari segala sesuatu yang dimurkai oleh Allah .
Hal ini karena Allah menyaksikan segala aktivitas hamba-Nya di mana pun; baik di tempat yang gelap maupun yang terang, di tempat ramai maupun sepi, saat sendirian, berduaan, maupun bersama yang lain di keramaian. Mengimani nama Allah asy-Syahid sangat membantu seseorang untuk menjauhi kemaksiatan pacaran dan perzinaan.
http://asysyariah.com
0 komentar