Tafsir Surat Al Fatihah (1-7) - Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di Rahimah
- 06.12
- By faridan
- 0 Comments
Oleh Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di Rahimah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (1) الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (2) الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (3) مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (4) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (5) اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ (7).
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
(بسم الله) yakni: Aku memulai dengan segenap nama Allah Ta’ala, karena lafaz (اسم) mufrad mudhaf (kata tunggal bersandar) maka mencakup segenap nama-nama Allah (yang husna).
(الله) adalah al ma’luh-al ma’bud (yang diibadahi), yang berhak ditunggalkan dalam peribadahan, karena sifat-sifat yang dimiliki oleh-Nya dari sifat-sifat uluhiyah, dan ia merupakan sifat-sifat kesempurnaan.
(الرحمن الرحيم) dua nama yang menunjukkan bahwa Allah Ta’ala memiliki rahmat yang luas dan besar yang mencakup segala sesuatu dan semua yang hidup dan Dia tetapkan untuk orang-orang yang bertakwa yang mengikuti nabi-nabi-Nya dan rasul-rasul-Nya. Mereka mendapatkan rahmat yang mutlak dan selain mereka mendapatkan bagian dari rahmat-Nya.
(الله) adalah al ma’luh-al ma’bud (yang diibadahi), yang berhak ditunggalkan dalam peribadahan, karena sifat-sifat yang dimiliki oleh-Nya dari sifat-sifat uluhiyah, dan ia merupakan sifat-sifat kesempurnaan.
(الرحمن الرحيم) dua nama yang menunjukkan bahwa Allah Ta’ala memiliki rahmat yang luas dan besar yang mencakup segala sesuatu dan semua yang hidup dan Dia tetapkan untuk orang-orang yang bertakwa yang mengikuti nabi-nabi-Nya dan rasul-rasul-Nya. Mereka mendapatkan rahmat yang mutlak dan selain mereka mendapatkan bagian dari rahmat-Nya.
Dan ketahuilah bahwa diantara kaidah-kaidah yang telah disepakati oleh salaf (pendahulu) ummat ini dan imam-imam mereka: beriman dengan nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya dan beriman dengan hukum-hukum sifat. Mereka mengimani –misalnya- bahwa Allah rahman rahim (Maha Pengasih Maha Penyayang –pentj) yang memiliki sifat rahmat (kasih sayang –pentj) yang Dia curahkan kepada al marhum (yang Dia kasih-sayangi). Maka nikmat-nikmat seluruhnya merupakan buah dari rahmat-Nya. Dan demikianlah pada seluruh sifat. Kita katakan pada Al Alim (Yang Maha Mengetahui –pentj); bahwa Dia Maha Mengetahui, memiliki pengetahuan, dengannya Dia mengetahui segala sesuatu. Qadir (Yang Maha Berkuasa), memiliki kekuasaan, berkuasa atas segala sesuatu.
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
(الحمد لله) adalah pujian terhadap Allah dengan sifat-sifat kesempurnaan dan dengan perbuatan-perbuatan-Nya yang berkisar antara karunia dan keadilan. Maka milik-Nya pujian yang sempurna dari segala macam sisi.
(رب العالمين) Rabb, adalah yang mentarbiyah seluruh alam –(alam) adalah segala sesuatu selain Allah-, (mentarbiyah mereka) dengan menciptakan mereka dan dengan memberikan segala macam alat dan sarana serta nikmat-nikmat yang besar kepada mereka, yang apabila mereka kehilangan nikmat-nikmat tersebut mustahil mereka dapat melangsungkan kehidupannya. Maka apapun nikmat yang ada pada mereka semata-mata dari Allah Ta’ala.
(الحمد لله) adalah pujian terhadap Allah dengan sifat-sifat kesempurnaan dan dengan perbuatan-perbuatan-Nya yang berkisar antara karunia dan keadilan. Maka milik-Nya pujian yang sempurna dari segala macam sisi.
(رب العالمين) Rabb, adalah yang mentarbiyah seluruh alam –(alam) adalah segala sesuatu selain Allah-, (mentarbiyah mereka) dengan menciptakan mereka dan dengan memberikan segala macam alat dan sarana serta nikmat-nikmat yang besar kepada mereka, yang apabila mereka kehilangan nikmat-nikmat tersebut mustahil mereka dapat melangsungkan kehidupannya. Maka apapun nikmat yang ada pada mereka semata-mata dari Allah Ta’ala.
Dan tarbiyah Allah Ta’ala terhadap makhluk-Nya ada 2: umum dan khusus.
(Tarbiyah yang) umum adalah:
penciptaan Allah terhadap segenap makhluk dan memberi rejeki kepada mereka serta memberikan petunjuk kepada mereka terhadap segala kemaslahatan mereka yang merupakan sebab terjaganya kehidupan mereka di dunia.
(Dan tarbiyah yang) khusus yaitu: tarbiyah Allah kepada para wali-Nya. Allah mentarbiyah mereka dengan keimanan dan menganugrahkan taufik kepada mereka kepadanya serta menyempurnakan keimanan tersebut bagi mereka dan menghalau dari mereka segala macam shawarif (faktor yang memalingkan) dan ‘awa’iq (faktor penghalang) yang menghalangi antara mereka dengan-Nya.
Dan hakikatnya (tarbiyah yang khusus): tarbiyah taufik kepada setiap kebaikan dan perlindungan dari segala macam kejelekan. Dan sepertinya inilah rahasianya, kondisi kebanyakan doa para nabi dengan menggunakan lafaz Rabb. Karena permintaan-permintaan mereka seluruhnya termasuk ke dalam rububiyah (tarbiyah) Allah yang khusus.
Maka firman Allah (رب العالمين) menunjukkan akan Maha Tunggalnya Allah dalam penciptaan dan pengaturan dan nikmat-nikmat dan (menunjukkan akan) sempurnanya kekayaan Allah dan sempurnanya kebutuhan seluruh alam kepada-Nya dari segala macam sisi dan penilaian.
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
Al Malik, adalah yang memiliki sifat al mulk (raja) yang diantara dampaknya bahwa Dia memerintah dan melarang, dan memberi pahala dan menghukum, serta berbuat di kerajaan-Nya dengan segala macam bentuk kebijakan.
Dan disandarkannya al mulk kepada yaumid-diin (hari kemudian) dan yaumid-diin adalah hari kiamat, hari dimana manusia menghadap dengan membawa amal perbuatan mereka, baik atau buruk, karena pada hari itu tampaklah pada seluruh makhluk dengan jelas kerajaan-Nya yang sempurna, keadilan-Nya yang sempurna dan kebijaksanaan-Nya yang sempurna dan terputusnya kerajaan-kerajaan makhluk hingga pada hari itu menjadi sejajar antara raja-raja dan rakyat, budak dan orang merdeka. Semuanya tunduk di hadapan kebesaran-Nya, hina di hadapan kemuliaan-Nya dan menunggu-nunggu pembalasan-Nya, mengharap-harap pahala dari-Nya dan takut akan hukuman-Nya. Oleh karena itu ia (yaumid-diin) dikhususkan penyebutannya meskipun (pada dasarnya) Allah adalah raja bagi hari kemudian dan hari-hari selainnya.
Al Malik, adalah yang memiliki sifat al mulk (raja) yang diantara dampaknya bahwa Dia memerintah dan melarang, dan memberi pahala dan menghukum, serta berbuat di kerajaan-Nya dengan segala macam bentuk kebijakan.
Dan disandarkannya al mulk kepada yaumid-diin (hari kemudian) dan yaumid-diin adalah hari kiamat, hari dimana manusia menghadap dengan membawa amal perbuatan mereka, baik atau buruk, karena pada hari itu tampaklah pada seluruh makhluk dengan jelas kerajaan-Nya yang sempurna, keadilan-Nya yang sempurna dan kebijaksanaan-Nya yang sempurna dan terputusnya kerajaan-kerajaan makhluk hingga pada hari itu menjadi sejajar antara raja-raja dan rakyat, budak dan orang merdeka. Semuanya tunduk di hadapan kebesaran-Nya, hina di hadapan kemuliaan-Nya dan menunggu-nunggu pembalasan-Nya, mengharap-harap pahala dari-Nya dan takut akan hukuman-Nya. Oleh karena itu ia (yaumid-diin) dikhususkan penyebutannya meskipun (pada dasarnya) Allah adalah raja bagi hari kemudian dan hari-hari selainnya.
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Dan firman-Nya (إياك نعبد وإياك نستعين) yakni: kami khususkan Engkau semata dalam peribadahan dan isti’anah (meminta pertolongan). Karena mendahulukan ma’mul (objek) berfungsi membatasi. Yaitu menetapkan hukum kepada yang disebut dan menafikannya dari selainnya. Seolah-olah ia mengatakan; kami beribadah kepada-Mu dan tidak beribadah kepada selain-Mu dan kami meminta pertolongan-Mu dan tidak meminta pertolongan dari selain-Mu.
Dan didahulukan (penyebutan) ibadah dari isti’anah dalam rangka mendahulukan yang umum dari yang khusus dan memberi perhatian lebih dengan mendahulukan hak Allah Ta’ala dari hak hamba-Nya.
Dan ibadah adalah; sebuah nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai oleh-Nya dari perbuatan dan perkataan yang tampak dan tersembunyi.
Dan isti’anah adalah; bersandar kepada Allah Ta’ala dalam menggapai kemanfaatan dan menolak kemudharatan disertai dengan kepercayaan penuh kepada Allah dalam menggapai yang demikian.
Dan menegakkan ibadah kepada Allah dan isti’anah kepada-Nya merupakan sarana kepada kebahagiaan yang abadi dan keselamatan dari segala macam kejelekan. Maka tidak ada jalan kepada keselamatan kecuali dengan menegakkan keduanya. Dan ibadah disebut ibadah apabila bersumber dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan mengharapkan wajah Allah. Maka dengan dua hal ini ibadah disebut ibadah.
Dan penyebutan isti’anah setelah ibadah padahal isti’anah adalah bagian dari ibadah adalah karena butuhnya hamba pada setiap ibadah-ibadahnya kepada meminta pertolongan Allah. Karena sesungguhnya apabila Allah tidak menolongnya, dia tidak akan mendapatkan apa yang dikehendakinya dari mengerjakan apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang.
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
Kemudian Allah berfirman, (اهدنا الصراط المستقيم) yakni; tunjuki dan bimbing kami dan berikan taufik pada kami kepada shiratal-mustaqim, yaitu; jalan yang terang yang mengantarkan kepada Allah dan kepada surga-Nya. Dan (jalan) itu adalah; mengetahui yang hak dan mengamalkannya. Maka tunjukilah kami kepada jalan ini dan tunjukilah kami di dalam jalan ini.
Dan petunjuk kepada jalan adalah menjalani ajaran Islam dan meninggalkan ajaran selainnya.
Sedangkan petunjuk di dalam jalan mencakup petunjuk kepada setiap rincian-rincian ajaran (Islam), mengetahui dan mengamalkannya.
Maka doa ini diantara doa yang paling luas dan besar manfaatnya bagi hamba. Oleh karena itu wajib bagi seseorang untuk berdoa kepada Allah dengannya pada setiap rakaat dari shalatnya, karena kebutuhan mereka yang darurat kepadanya.
Kemudian Allah berfirman, (اهدنا الصراط المستقيم) yakni; tunjuki dan bimbing kami dan berikan taufik pada kami kepada shiratal-mustaqim, yaitu; jalan yang terang yang mengantarkan kepada Allah dan kepada surga-Nya. Dan (jalan) itu adalah; mengetahui yang hak dan mengamalkannya. Maka tunjukilah kami kepada jalan ini dan tunjukilah kami di dalam jalan ini.
Dan petunjuk kepada jalan adalah menjalani ajaran Islam dan meninggalkan ajaran selainnya.
Sedangkan petunjuk di dalam jalan mencakup petunjuk kepada setiap rincian-rincian ajaran (Islam), mengetahui dan mengamalkannya.
Maka doa ini diantara doa yang paling luas dan besar manfaatnya bagi hamba. Oleh karena itu wajib bagi seseorang untuk berdoa kepada Allah dengannya pada setiap rakaat dari shalatnya, karena kebutuhan mereka yang darurat kepadanya.
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ
Dan shiratul-mustaqim ini adalah “jalannya orang-orang yang Engkau berikan kepada mereka nikmat dari para nabi dan shiddiq dan syuhada’ dan shalihin” bukan jalan (المغضوب عليهم) orang-orang yang Engkau murkai, yaitu orang-orang yang mengetahui yang hak tapi meninggalkannya seperti orang-orang Yahudi dan orang-orang yang semisal dengan mereka. Dan bukan jalan (الضآلين) orang-orang yang sesat, yaitu orang-orang yang meninggalkan yang hak di atas kejahilan dan kesesatan seperti orang-orang Nashara dan orang-orang yang semisal dengan mereka.
Maka surat ini meskipun singkat tapi mencakup perkara-perkara yang belum dicakup oleh satu surat pun dari surat-surat Al Qur’an.
Surat ini mengandung tiga macam tauhid: tauhid rububiyah yang diambil dari firman-Nya (رب العالمين) “Rabb segenap alam”.
Dan tauhid uluhiyyah, yaitu menunggalkan Allah dalam peribadahan yang diambil dari lafaz (الله) dan dari firman-Nya (اياك نعبد) “hanya kepada Engkau kami beribadah”.
Dan tauhid asma’ was shifat, yaitu menetapkan sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah Ta’ala dari sifat-sifat yang Ia tetapkan bagi diri-Nya dan ditetapkan oleh rasul-Nya tanpa ta’thil (penolakan) dan tamtsil (permisalan) dan tasybih (penyerupaan), yang menunjukkan hal ini lafaz (الحمد) “segala puji” sebagaimana telah berlalu (penjelasannya).
Dan (surat ini) mengandung penetapan nubuwah (yaitu) pada firman-Nya (اهدنا الصراط المستقيم) “tunjukilah kami jalan yang lurus” karena hal ini mustahil tercapai tanpa Allah mengutus rasul-Nya.
Dan adanya pembalasan atas amal perbuatan, pada firman-Nya (مالك يوم الدين) “Raja hari kemudian” dan bahwasanya pembalasan terjadi dengan keadilan, karena ad-diin (pembalasan) artinya adalah pembalasan dengan adil.
Dan mengandung adanya takdir dan bahwasanya hamba adalah pelaku yang hakiki (dari perbuatannya) berseberangan dengan Qadariyah dan Jabriyah. Bahkan (surat ini) mengandung bantahan kepada setiap ahlul bid’ah dan (pengekor) kesesatan, pada firman-Nya (اهدنا الصراط المستقيم) “tunjukilah kami jalan yang lurus” karena (jalan yang lurus) adalah; mengetahui yang hak dan mengamalkannya. Dan setiap mubtadi’ (ahlul bid’ah) dan orang yang sesat menyelisihi al hak ini.
Dan terkandung pemurnian ibadah bagi Allah Ta’ala, peribadahan dan isti’anah, pada firman-Nya (إياك نعبد وإياك نستعين) “hanya kepada Engkau kami beribadah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan.”
Dan terkandung pemurnian ibadah bagi Allah Ta’ala, peribadahan dan isti’anah, pada firman-Nya (إياك نعبد وإياك نستعين) “hanya kepada Engkau kami beribadah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan.”
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamiin.
Diterjemahkan dari Taysir Karimir-Rahman fi Tafsir Kalamil Mannan
Sumber :
Tafsir As-Sa’di
Sumber :
Tafsir As-Sa’di
0 komentar