Di antara hikmah
mengapa Nabi shalallahu alaihi wa sallam terkena sihir adalah agar manusia
menyadari bahwa manfaat dan tidaknya sebuah usaha (baca: amal amal penolak
gangguan sihir, seperti dzikir dan baca Al Quran) itu sepenuhnya adalah
kewenangan Allah Ta’ala. (Syaikh Sulaiman Ar Ruhaily hafidzahullah)
Pun demikian dengan
virus Corona, kita tetap harus menjaga diri dengan mengambil sebab-sebab baik
secara syar’i maupun medis. Disisi lain kita juga harus tetap yakin dan
mengimani bahwa kewenanngan dan ketetapan hanya milik Allah semata.
Allah Ta’ala
berfirman,
قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا هُوَ
مَوۡلَىٰنَاۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ
Katakanlah
(Muhammad), “Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah
bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakallah
orang-orang yang beriman.” (QS. At-Taubah: 51)
Syeikh Abdurrazzaq
bin Abdil Muhsin hafidzahumallah dalam situs resminya memberikan beberapa
nasehat terkait virus corona, diantaranya:
Nasehat
Pertama, Hendaknya setiap
muslim dalam kondisi apapun senantiasa
memohon perlindungan dari Allah Ta’ala dan bertawakkal kepada-Nya,
dengan berkeyakinan bahwa segala sesuatu (nikmat maupun musibah) itu berada di
tangan Allah Ta’ala, jika Allah berkehendak maka terjadi, jika Allah tak
berkehendak maka tidak akan terjadi. Allah Ta’ala berfirman:
مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلاَّ بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ
يَهْدِ قَلْبَهُ
“Tidaklah
suatu musibah datang kecuali atas izin Allah, dan barangsiapa yang beriman
kepada Allah, akan diberi petunjuk hatinya”. (QS. At-Taghabun: 11)
Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ
بِشَىْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلاَّ بِشَىْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ وَلَوِ
اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَىْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلاَّ بِشَىْءٍ قَدْ
كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ
“Ketahuilah,
sekalipun seluruh umat manusia bersatu padu untuk memberikan manfaat kepada
dirimu, mereka tidak akan bisa kecuali sebatas apa yang Allah telah tuliskan,
dan jikalau seliruh umat manusia bersatu untuk mencelakaimu, niscaya mereka
takkan mampu kecuali sebatas apa yang telah Allah tuliskan, pena telah
diangkat, dan lembaran telah kering”. (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Nasehat
Kedua, Wajib bagi setiap
muslim untuk menjaga Allah, dalam artian menjaga perintahnya dengan cara
mengamalkannya, dan menjaga larangannya dengan cara menjauhinya, karena hal
tersebut dapat menjadi sebab perlindungan dan penjagaan Allah Ta’ala terhadap
kita semua dari segala marabahaya.
Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ
“Jagalah
Allah niscaya Allah akan menjagamu, jagalah Allah niscaya kau dapati Allah
berada di sisimu” (HR.
Ahmad dan Tirmidzi).
Nasehat
Ketiga, Syariat Islam
datang dengan menyeru untuk mengambil sebab dan berobat tatkala sakit, dan
keduanya tidaklah menghilangkan tawakkal kepada Allah Ta’ala.
Dan Islam
mengajarkan, berobat itu ada dua cara:
1. Berobat sebelum
sakit, yakni menjaga kesehatan diri dan mengantisipasi penyakit.
2. Berobat ketika
tertimpa penyakit. (Baca kitab “Thibbu An-Nabawy” karya Ibnu Al Qayyim Al
Jauziyyah).
Diantara
obat yang dianjurkan untuk kita konsumisi demi menjaga kesehatan dan stamina
adalah dengan menkonsumsi kurma Ajwah setiap hari minimal 7 butir.
مَنِ اصْطَبَحَ بِسَبْعِ تَمَرَاتٍ عَجْوَةٍ لَمْ يَضُرَّهُ ذَلِكَ
الْيَوْمَ سُمٌّ وَلاَ سِحْرٌ
“Barang
siapa setiap pagi mengkonsumsi 7 butir kurma ajwa maka pada hari itu ia akan
terhindar dari racun dan sihir”. (HR. Bukhori dan Muslim)
Dan
diantara bentuk pencegahan lainnya yang banyak ditinggalkan oleh banyak orang
adalah rutinitas membaca dzikir pagi dan petang.
Nasehat keempat,
Sejatinya musibah terbesar adalah musibah yang menimpa agama seseorang, dan itu
adalah musibah yang terbesar baik di dunia maupun di akherat, juga itu
merupakan kerugian yang tidak ada keuntungan sama sekali di dalamnya. Dan
musibah yang menimpa fisik maupun harta benda, bukanlah apa-apa.
Diriwayatkan oleh Al
Baihaqi dalam kitabnya “Syuab Al Iman” bahwa Syuraih Al Qadhi rahimahullah
berkata:
إني لأصاب بالمصيبة فأحمد الله عليها أربع مرات: أحمده إذ لم تكن أعظم
مما هي , وأحمده إذ رزقني الصبر عليها، وأحمده إذ وفقني للاسترجاع لما أرجو فيه من
الثواب، وأحمده إذ لم يجعلها في ديني
“Sungguh
ketika aku tertimpa oleh suatu musibah, maka akupun memuji Allah atas musibah
tersebut empat kali: Aku memuji karena tidak ditimpakan kepadaku yang lebih
dahsyat darinya, Aku memuji karena Dia telah memberikan karunia kesabaran
kepadaku atasnya, Aku memuji karena Dia telah memberikan taufiq kepadaku untuk
istirja’ (ucapan kembali; inna lillahi wa inna ilaihi roji’un) dan mengharapkan
pahala dengannya, Aku memuji karena Dia tidak menjadikan musibah tersebut pada
agamaku.”
Semoga Allah Ta’ala
selalu menjaga diri kita dari segala marabahaya, baik pada kesehatan kita
maupun agama kita, dan semoga Allah selalu mengampuni dosa dan kekhilafan kita,
sungguh Allah Maha mendengar atas semua pengaduan hamba-Nya.
Wallahu ta’ala a’lam
Referensi:
http://www.al-badr.net/muqolat/3157
(Sumber: http://hamalatulquran.com/corona-dan-ujian-keimanan/)
0 komentar