Surah 'Abasa Full Terjemah - Abu Usamah Syamsul Hadi




’ABASA
(Ia Bermuka Masam)
MUQADDIMAH
Surat ’Abasa terdiri atas 42 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat An-Najm.
Dinamai “Abasa” (ia bermuka masam) diambil dari perkataan ’Abasa yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Menurut riwayat, pada suatu ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menerima dan berbicara dengan pemuka-pemuka Quraisy yang beliau harapkan agar mereka masuk Islam. Dalam pada itu datanglah Ibnu Ummi Maktum, seorang sahabat yang buta yang mengharap agar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam membacakan kepadanya ayat-ayat Al Qur’an yang telah diturunkan Allah. Tetapi Rasulullan shalallahu ‘alaihi wasallam bermuka masam dan memalingkan muka dari Ibnu Ummi Maktum yang buta itu, lalu Allah menurunkan surat ini sebagai teguran atas sikap Rasulullah terhadap Ibnu Ummi Maktum itu.
Pokok-pokok isinya:
1. Keimanan:
Dalil-dalil keesaan Allah; keadaan manusia pada hari kiamat.
2. Dan lain-lain:
Dalam berdakwah hendaknya memberikan penghargaan yang sama kepada orang-orang yang diberi dakwah; cercaan Allah kepada manusia yang tidak mensyukuri ni’mat-Nya.
سورة عبس
(IA BERMUKA MASAM)
Surat ke 80 : 42 ayat
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمـَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
TEGURAN KEPADA RASULULLAH SHALALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM.
عَبَسَ وَتَوَلَّى
1. Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,
أَن جَآءَهُ الْأَعْمَى
2. karena telah datang seorang buta kepadanya[1].
وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّى
3. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa).
أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنفَعَهُ الذِّكْرَى
4. atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfa’at kepadanya?
أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَى
5. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup[2],
فَأَنتَ لَهُ تَصَدَّى
6. maka kamu melayaninya.
وَمَا عَلَيْكَ أَلاَّ يَزَّكَّى
7. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman).
وَأَمَّا مَن جَآءَكَ يَسْعَى
8. Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran),
وَهُوَ يَخْشَى
9. sedang ia takut kepada (Allah),
فَأَنتَ عَنْهُ تَلَهَّى
10. maka kamu mengabaikannya.
كَلاَّ إِنَّهَا تَذْكِرَةٌ
11. Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan,
فَمَن شَآءَ ذَكَرَهُ
12. maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya,
فِي صُحُفٍ مُّكَرَّمَةٍ
13. di dalam kitab-kitab yang dimuliakan[3],
مَّرْفُوعَةٍ مُّطَهَّرَةٍ
14. yang ditinggikan lagi disucikan,
بِأَيْدِي سَفَرَةٍ
15. di tangan para penulis (malaikat),
كِرَامٍ بَرَرَةٍ
16. yang mulia lagi berbakti.
PERINGATAN TUHAN KEPADA MANUSIA YANG TIDAK TAHU HAKIKAT DIRINYA.
قُتِلَ الْإِنسَانُ مَا أَكْفَرَهُ
17. Binasalah manusia; alangkah amat sangat kekafirannya?
مِنْ أَيِّ شَيْءٍ خَلَقَهُ
18. Dari apakah Allah menciptakannya?
مِن نُّطْفَةٍ خَلَقَهُ فَقَدَّرَهُ
19. Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya[4].
ثُمَّ السَّبِيلَ يَسَّرَهُ
20. Kemudian Dia memudahkan jalannya[5],
ثُمَّ أَمَاتَهُ فَأَقْبَرَهُ
21. kemudian Dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur,
ثُمَّ إِذَا شَآءَ أَنشَرَهُ
22. kemudian bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali.
كَلاَّ لَمَّا يَقْضِ مَا أَمَرَهُ
23. Sekali-kali jangan; manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya,
فَلْيَنظُرِ الْإِنسَانُ إِلَى طَعَامِهِ
24. maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.
أَنَّا صَبَبْنَا الْمَآءَ صَبًّا
25. Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit),
ثُمَّ شَقَقْنَا الْأَرْضَ شَقًّا
26. kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya,
فَأَنبَتْنَا فِيهَا حَبًّا
27. lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu,
وَعِنَبًا وَقَضْبًا
28. anggur dan sayur-sayuran,
وَزَيْتُونًا وَنَخْلاً
29. Zaitun dan pohon kurma,
وَحَدَآئِقَ غُلْبًا
30. kebun-kebun (yang) lebat,
وَفَاكِهَةً وَأَبًّا
31. dan buah-buahan serta rumput-rumputan,
مَّتَاعًا لَّكُمْ وَلِأَنْعَامِكُمْ
32. untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.
فَإِذَا جَآءَتِ الصَّآخَّةُ
33. Dan apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua),
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ
34. pada hari ketika manusia lari dari saudaranya,
وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ
35. dari ibu dan bapaknya,
وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ
36. dari isteri dan anak-anaknya.
لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ
37. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ مُّسْفِرَةٌ
38. Banyak muka pada hari itu berseri-seri,
ضَاحِكَةٌ مُّسْتَبْشِرَةٌ
39. tertawa dan gembira ria,
وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ عَلَيْهَا غَبَرَةٌ
40. dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu,
تَرْهَقُهَا قَتَرَةٌ
41. dan ditutup lagi oleh kegelapan[6].
أُوْلَئِكَ هُمُ الْكَفَرَةُ الْفَجَرَةُ
42. Mereka itulah orang-orang kafir lagi durhaka.
PENUTUP
Surat ’Abasa mengandung teguran Allah kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang lebih mengutamakan pembesar-pembesar Quraisy yang diharapkan agar mereka masuk Islam daripada Ibnu Ummi Maktum yang buta, tapi telah diyakini keimanannya; Al-Qur’an adalah sebagai peringatan; dan salah satu sifat manusia ialah tidak mensyukuri nikmat Allah.
HUBUNGAN SURAT ’ABASA DENGAN SURAT AT-TAKWIIR:
1.      Sama-sama menerangkan tentang huru-hara pada hari kiamat.
2.      Sama-sama menerangkan bahwa manusia pada hari kiamat terbagi dua.
3.      Pada surat ’Abasa Allah subhanahu wa ta’ala menegur Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam sedang dalam surat At-Takwiir Allah menegaskan bahwa Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang Rasul yang mulia.

(1) Orang buta itu bernama Abdullah bin Ummi Maktum. Dia datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam meminta ajaran-ajaran tentang Islam; lalu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bermuka masam dan berpaling daripadanya, karena beliau sedang menghadapi pembesar Quraisy dengan pengharapan agar pembesar-pembesar tersebut mau masuk Islam. Maka turunlah surat ini sebagai teguran kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.
(2) Yaitu pembesar-pembesar Quraisy yang sedang dihadapi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang diharapkannya dapat masuk Islam.
(3) Maksudnya: kitab-kitab yang diturunkan kepada nabi-nabi yang berasal dari Lauh Mahfuzh.
(4) Yang dimaksud dengan “menentukannya” ialah menentukan fase-fase kejadiannya, umurnya, rezkinya dan nasibnya.
(5) “Memudahkan jalan”, maksudnya: memudahkan kelahirannya atau memberi persediaan kepadanya untuk menjalani jalan yang benar atau jalan yang sesat.
(6) Maksudnya mereka ditimpa kehinaan dan kesusahan. 

(https://abihumaid.wordpress.com)

You Might Also Like

0 komentar