SAAT manusia dengan
bangga berbicara ini era milenila, 4G, hingga 5G tanpa sadar manusia telah
salah melihat capaian itu.
Sebagian besar
menilai itu hebat karena identik dengan produk modern. Tetapi kalau mau
dianalisa sederhana, sebenarnya ya biasa saja, karena dasar-dasar sains dan
teknologi telah tersedia.
Kalau dirujuk lebih
jauh lagi, itu sudah diwariskan oleh para saintis Muslim yang dikembangkan oleh
Peradaban Barat belakangan ini. Pada saat yang sama secara kebutuhan, kini
jumlah manusia terus bertambah, butuh kecepatan dan lain sebagainya, jadi wajar
saja itu semua. Untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia itu sendiri.
Akan tetapi, kini
semua lesu, diam, tunduk, tak berdaya karena adanya virus corona jenis baru
yang kemudian disebut Covid-19.
Apakah Al-Qur’an
menjelaskan perihal ini juga? Jawabannya, ya!
“Sesungguhnya
Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah
(kecil) dari itu.” (QS.
Al-Baqarah [2]: 26).
Dalam tafsir Ibn
Katsir dituliskan bahwa Abdurrazzaq meriwayatkan dari Ma’mar, dari Qatadah,
menurutnya, “Ketika Allah Ta’ala menyebutkan laba-laba dan lalat,
orang-orang musyrik pun bertanya, “Untuk apa laba dan lalat itu disebut?”
Lalu Allah menurunkan ayat ini (Al-Baqarah: 26).
Ibn Katsir
menjelaskan bahwa Allah tidak memandang remeh ciptaan-Nya berupa nyamuk atau
lebih kecil lagi. Itu juga berarti bahwa Allah tidak takut untuk membuat
perumpamaan apa saja baik dalam bentuk yang kecil maupun besar.
Belakangan ternyata
ditemukan bahwa diameter virus corona diperkirakan mencapai 125 nanometer atau
0,125 mikrometer. Satu mikrometer sama dengan 1000 nanometer. Kecil sekali dan
tak mungkin pandangan telanjang manusia mampu melihatnya.
Sekalipun sangat
kecil dan manusia yang tak mau berpikir meremehkannya, virus ini mampu bertahan
lebih dari 10 menit di permukaan, termasuk tangan.
Bahkan WHO menyebut
virus corona baru (Covid-19) dapat bertahan selama beberapa jam, bahkan
beberapa hari. Bahkan dapat bertahan hidup di suhu 26-27 derajat celcius.
Oleh karena itu,
manusia diperintahkan untuk senantiasa bertasbih, memuji dan membesarkan Allah
Ta’ala. Karena fakta-fakta dalam kehidupan ini jika dipelajari dengan
sungguh-sungguh sangatlah lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa Allah Maha Kuasa.
Seringkali manusia
yang tidak mau dan tidak mampu memahami, merasa dirinya hebat, tidak
tertandingi dan sebagainya. Padahal semua perasaan itu muncul karena
ketidakpahaman diri akan hakikat hidup ini.
Ibn Katsir
menukilkan sebuah kisah menarik perihal bagaimana sikap Muslim kala tidak mampu
memahami perumpamaan yang Allah jelaskan di dalam Al-Qur’an.
Sebagian ulama salaf
menuturkan, “Jika aku mendengar perumpamaan di dalam Al-Qur’an, lalu aku
tidak memahaminya, maka aku menangisi diriku, karena Allah Ta’ala telah
berfirman, “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia, dan
tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (QS. Al-Ankabut
[29]: 43).
Jadi, mari kembali
kepada Al-Qur’an, pahami dan teliti apa yang dijelaskan di dalamnya. Sungguh
para saintis Muslim terdahulu berhasil menjadi penemu beragam hal baru yang
dibutuhkan dalam kehidupan karena kedekatannya dengan Al-Qur’an.
Sekarang semua lebih
mudah, karena sains dan teknologi terus berkembang, sedang Al-Qur’an menunggu
temuan-temuan kita untuk semakin memantapkan iman di dalam dada dan membuktikan
kepada dunia bahwa Al-Qur’an benar-benar wahyu dan mukjizat akhir zaman.* Imam
Nawawi. (https://www.hidayatullah.com/)
0 komentar