Merenungi Firman Allah ta'ala Dalam Surat al-Haaqqah Ayat: 19-37 ( Bagian 2 )

Lalu Allah melanjutkan firmanNya:

"Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku". (QS al-Haaqqah: 26).

       Duhai sekiranya aku menjadi orang yang lupa dan dilupakan, sebagaimana yang Allah kabarkan dalam ayatNya yang lain, Allah ta'ala berfirman:

"Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata:"Alangkah baiknya sekiranya dahulu adalah tanah".  (QS an-Naba': 40).

Selanjutnya Allah berfirman:

"Duhai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu".  (QS al-Haaqqah: 27).

     Imam Adh-Dhahak menjelaskan maksud ayat diatas dengan mengatakan: "Yaitu kematian yang tidak ada lagi kehidupan setelahnya". Sedangkan Qatadah, beliau menjelaskan: 'Dia  berangan-angan bisa mati sedangkan dahulu ketika masih didunia, kematian adalah suatu perkara yang paling dia benci'.

Lalu Allah ta'ala melanjutkan:

"Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku". (QS al-Haaqqah: 28).

       Maksudnya hartaku tidak mampu menolak adzab dan siksaan Allah azza wa jalla, akan tetapi, justru perkaranya aku selesaikan sendiri tanpa ada yang membantu dan meringankan urusanku.

Kemudian Allah berfirman:

"Telah hilang kekuasaanku daripadaku". (QS al-Haaqqah: 29).

     Artinya telah hilang dan pergi, tidak bermanfaat sedikitpun pasukannya yang dulu sangat banyak, tidak pula pengikut, kedudukan serta kekuasaan. Semuanya hilang tak berbekas ditelan kehidupan. Dirinya telah ketinggalan untuk meraih keuntungan yang banyak, lalu datang penggantinya kesedihan dan kesusahan.

Selanjutnya Allah berfirman:

"(Allah berfirman): "Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya ".  (QS al-Haaqqah: 30).

Allah memerintahkan pada malaikat zabaniyah untuk memegang dia ditengah-tengah Mahsyar lalu menaruh belenggu dilehernya, kemudian ia dilempar kedalam api neraka yang menyala-yala. Hal itu sebagaimana yang Allah ta'ala kabarkan dalam firmanNya:

"Ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret. Ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api".  (QS Ghaafir: 71-72).

Selanjutnya Allah ta'ala berfirman:

"Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta".  (QS al-Haaqqah: 32).

      Berkata Ka'ab: 'Dan mata rantainya berbentuk bulat yang terbuat dari besi neraka'. Ibnu Abbas mengatakan: 'Panjangnya satu hasta sama dengan ukuran hastanya para malaikat'. Pada kesempatan lain beliau mengatakan: 'Faslukuuh maksudnya dijadikan mata rantai tersebut menyatu, mulai dimasukkan dari duburnya lalu tembus keluar dari mulutnya, setelah itu baru diikat jadi satu. Dan dirinya senantiasa diadzab dengan adzab ini, sungguh celaka adzab dan siksa seperti itu'.
       Dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya dari Abdullah bin Amr radhiyallahu 'anhuma, dia berkata: 'Rasulallah shalallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:
"Kalau sekiranya peluru semisal ini, dan beliau mengisyaratkan seperti tengkorak (kepala) dilemparkan dari langit ke bumi, yang perjalanannya sama dengan lima ratus tahun, tentu peluru tadi akan sampai kebumi sebelum malam hari, dan kalau seandainya dilempar ke arah kepala ahli neraka yang dibelenggu dengan rantai, tentu peluru tadi melesat selama empat puluh musim, malam dan siang, sebelum sampai pada sasaran bagian dalamnya".  HR Ahmad 11/444 no: 6856.

Selanjutnya Allah ta'ala berfirman:

"Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada Allah yang Maha besar".  (QS al-Haaqqah: 33).

      Artinya mereka kafir dan durhaka terhadap para rasul yang telah Allah utus untuk mereka serta menolak apa yang dibawa oleh para utusan tersebut.

Kemudian Allah berfirman:

 "Dan juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin".  (QS al-Haaqqah: 34).

     Tidak ada dalam hatinya rasa kasih sayang untuk mengasihi orang-orang miskin dan fakir, enggan mengeluarkan hartanya untuk memberi makan pada mereka, begitu pula tidak mau mengajak orang lain untuk memberi makan terhadap orang miskin.

Sehingga Allah tabaraka wa ta'ala berfirman:

"Maka tiada seorang temanpun baginya pada hari ini di sini".  (QS al-Haaqqah: 35).

      Tidak ada saudara atau teman yang mau memberinya syafa'at supaya bisa selamat dari siksaan Allah atau memperoleh kemenangan dengan mengambil pahala yang Allah siapkan bagi orang yang taat, sebagaimana yang Allah ta'ala jelaskan dalam firmanNya yang lain:

"Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorangpun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafa'at yang diterima syafa'atnya".  (QS Ghafir: 18).
Dan balasannya ialah:
"Dan tidak ada (pula) makanan sedikitpun (baginya) kecuali dari darah dan nanah".  (QS al-Haaqqah: 36).

       Al-Ghisliin ialah nanah yang bercampur darah dari penduduk neraka, yang sangat panas, bau busuk, dan menjijikkan serta pahit.

Yang memakannya hanyalah para pendosa:

"Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa".  (QS al-Haaqqah: 37).

        Yaitu orang-orang yang telah salah jalan dari jalan yang lurus (shirothol mustaqim) dan lebih memilih jalannya para peniti neraka jahanam. Oleh karena itu pantas kalau mereka pada akhirnya memperoleh adzab yang sangat pedih.

        Inilah sedikit pembahasan tentang tafsir dalam surat al-Haaqqah. Akhirnya kita ucapkan segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga beliau serta para sahabatnya.

Sumber: islamhouse

You Might Also Like

0 komentar